Peluncuran dan bedah buku Pandemi, Pembelajaran dan Kebijakan yang ditulis Prof Zubairi Djoerban

Jutaan Orang di Dunia Alami Long Covid, Mengapa? Ini Kata Prof Zubairi Djoerban!

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Long Covid menjadi keluhan yang banyak dialami oleh mereka yang pernah terkena virus Covid-19. Meski tidak semua mantan penderita Covid-19 mengalami long covid, namun keluhan berupa cepat lelah, nafas mudah tersengal, mudah lupa atau sulit fokus pikiran tentulah amat mengganggu aktivitas keseharian mantan penderita Covid-19.

“Meski tidak nyaman, harap diketahui bahwa anda tidak sendiri. Ada banyak bahkan jutaan orang di dunia yang mengalami apa yang disebut sebagai long Covid,” tutur Prof Zubairi Djoerban, spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi pada bedah buku berjudul Pandemi, Pembelajaran dan Kebijakan yang ditulisnya sebagai sebuah refleksi. Bedah buku yang digelar di kantor IDI Jakarta pada Rabu (12/7/2023) tersebut menghadirkan pembahas Prof.DR.Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM — Hematologi dan Onkologi Medik (Kanker) – Spesialis Penyakit Dalam – Konsultan Hematologi dan Onkologi, DR.Dr. Erlina Burhan, M.Sc, SpP (K) — Pengurus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. DR.Dr. Evy Yuniastuti, SpPD, FINASIM, dan Prof. Irwanto, Ph.D

Prof Zubairi mengakui hingga saat ini dunia kedokteran belum mengetahui apa penyebab terjadinya long Covid. Namun para ilmuwan memfokuskan pada 4 hal. Pertama, bekuan darah dan kerusakan pada pembuluh darah kapiler. Berbeda dari pembuluh aeteri dan vena yang mengalirkan dara ke bagian atas dan bawah tubuh, pembuluh darah kapiler mengeman tugas utama mendistribusikan oksigen dan zat gizi ke setiap sel dalam tubuh. Lebih dari itu, pembuluh darah kapiler juga bertugas membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Hambatan karena bekuan yang dialami oleh pembuluh darah kapiler sudah jelas akan menyebabkan tekanan dan gangguan pada sel-sel tubuh. “Hal ini yang menyebabkan orang mudah lelah,” tegasnya.

Kedua, gangguan pada system imun. Normalnya inflamasi atau peradangan adalah mekanisme pertahanan tubuh yang wajar terjadi jika kita mengalami infeksi atau luka. Namun penelitian lebih lanjut terkait long Covid menunjukkan peradangan yang diakibatkan infeksi virus corona ini terjadi dalam skala lenih luas.

Ketiga, infeksi persisten. Sampai saat ini belum ada kesimpulan pasti apakah pada kasus long covid virus nantinya akan sepenuhnya hilang dari tubuh.

Keempat, kerusakan metabolisme. Konsep lain yang ditawarkan para ahli mengenai ketidakmampuan tubuh menghasilkan tenaga, kemungkinan adalah abnormalitas pada mitokondria, bagian dari sel yang berfungsi seperti pembangkit tenaga dengan cara mengubah zat gizi menjadi energi yang digunakan tubuh. Teorinya, virus menyebabkan mitokondria menjadi tidak aktif sehingga orang menjadi cepat lelah dan sulit memfokuskan pikiran.

Untuk menangani pasien long Covid ini, di sejumlah negara telah mendirikan pusat penanganan long covid. Di inggris misalnya sudah 60 pusat layanan long covid didirikan.

Melihat dampak yang cukup serius tersebut, Prof Zubairi menyarankan agar masyarakat tetap waspada meski pandemic sudah melandai. Karena tidak menutup kemungkinan penularan Covid-19 bisa terjadi di tengah merenggangnya aturan penggunaan masker dan jaga jarak.

Buku bersampul luks yang terdiri atas 128 halaman tersebut ditulis Prof Zubairi sebagai sebuah refleksi panjang ketika Indonesia dilanda pandemic Covid-19. Buku ini tak sekadar mengulas bagaimana pandemic Covid-19 telah merenggut banyak jiwa dan mengungkapkan berbagai kelemahan system kesehatan di banyak negara termasuk Indonesia. Tetapi juga menuliskan sisi positif dari pandemic mulai dari penggunaan teknologi informasi dalam system kesehatan, kemajuan bidang di bidang epidemiologi dan virologi, kemajuan dalam hal pengetahuan tentang penularan dan diagnosis hingga kemajuan bidang vaksin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *