Gandeng CDiC dan Kemenkes, RSAB Harapan Kita Gelar Skrining Komplikasi Diabetes pada Anak

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional RSAB Harapan Kita bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia UKK Endokrinologi, Changing Diabetes in Children Indonesia (CDiC) dan Kementerian Kesehatan Indonesia mengadakan acara skrining komplikasi mikrovaskular pada mata dan ginjal berupa retinopati dan nefropati diabetik dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia (World Diabetes Day), Minggu (26/11/2023).

Pemeriksaan skrining ini sebagai upaya pencegahan dalam menghadapi risiko komplikasi mikrovaskular pada anak dan remaja dengan Diabetes Melitus Tipe 1 (DMT1). Kegiatan ini bertujuan untuk mendeteksi dini adanya kelainan pada mata dan ginjal sebagai bagian dari strategi pencegahan yang komprehensif.Kegiatan diselenggarakan di ruang Auditorium Lt. I Gd. Administrasi RSAB Harapan Kita dimulai dengan sambutan Direktur Utama PKIAN RSAB Harapan Kita, dr. Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH, MH.Kes, diikuti sambutan Project Lead CDiC, Prof. DR. dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Hon.).

Selanjutnya seremonial acara dibuka secara resmi oleh Ibu Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kesehatan RI, Ida Budi Gunadi Sadikin. Pada acara tersebut juga turut hadir Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, dr.Eva Susanti, S.Kp., M.Kes. Ketua Dharma Wanita Persatuan RSAB Harapan Kita, Dinar Alexandra, dan 75 anak penderita diabetes melitus tipe 1 yang juga didampingi oleh orang tua untuk mendapatkan pemeriksaan gula darah, retinopati, dan nefropati secara gratis.

Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai penyakit kronis atau gangguan metabolisme dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh destruksi sel beta dimana fungsi pankreas anak tidak mampu memproduksi insulin yang diperlukan untuk bertahan. Oleh sebab itu, insulin ini perlu digantikan melalui pengobatan.

Direktur Utama PKIAN RSAB Harapan Kita, dr. Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH, MH.Kes menjelaskan penyandang diabetes melitus dapat mengalami komplikasi baik dalam jangka pendek (akut) maupun jangka panjang (kronik). “Komplikasi kronik yang sering terjadi pada anak dan remaja dengan DMT1 adalah komplikasi pada mata berupa retinopati dan pada ginjal berupa nefropati,” kata dr Ockti.

Retinopati adalah gangguan pada mata yang dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di mata, sedangkan nefropati adalah kondisi yang mempengaruhi fungsi ginjal akibat kerusakan pada pembuluh darah mikro di organ tersebut.

Menurutnya, skrining dini merupakan bentuk pencegahan yang merupakan kunci utama dalam manajemen diabetes, terutama untuk mencegah komplikasi serius seperti retinopati dan nefropati. “Dengan mendeteksi dini adanya masalah pada mata dan ginjal, kita dapat memberikan intervensi yang tepat waktu untuk mencegah perkembangan lebih lanjut dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak dan remaja dengan DMT1,” lanjutnya.

Diabetes melitus tak hanya menjadi ancaman kesehatan bagi orang dewasa pada umumnya, tetapi juga anak dan remaja, bahkan anak balita. Faktanya, di Indonesia tren anak dan remaja menderita diabetes justru meningkat tajam.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 1 Februari 2023 merilis data, kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat per Januari 2023 dibandingkan tahun 2010. Tercatat ada 1.645 pasien anak penyandang diabetes yang tersebar di 13 kota, yaitu Kota Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.

Dari jumlah anak penyandang diabetes tersebut, paling banyak adalah anak pada rentang usia 10-14 tahun sebanyak 46,23 persen, 31,05 persen lainnya berusia 5-9 tahun, 19 persen berusia 0-4 tahun, dan 3 persen diderita anak usia lebih dari 14 tahun.

Peningkatan kasus diabetes pada anak tersebut turut menyumbang tingginya angka diabetes secara nasional. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019, Indonesia berada di peringkat ke-7 dari 10 negara dengan penduduk penyandang diabetes terbesar di dunia, yaitu sebanyak 10,7 juta orang.Diabetes anak perlu ditangani secara serius agar anak memiliki perkembangan sosial, fisik, emosional dan intelektual yang normal.

Upaya tersebut juga secara menyeluruh harus dilakukan semua pihak untuk menahan laju peningkatan jumlah penyandang dan memberi terapi pengobatan terbaik bagi penyandang agar terhindar dari komplikasi penyakit yang lebih parah. “Kami juga, sebagai Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional, RSAB Harapan Kita sudah sepatutnya kami mempersiapkan diri ke depan menuju ke arah pusat rujukan diabetic anak di Indonesia. Dengan demikian, meski tidak bisa sembuh, anak-anak Indonesia dengan diabetes bisa tumbuh dan berkembang seperti anak lainnya,” tandasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *