Menkes Budi Sadikin saat memberikan sambutan pada peluncuran Integrasi Layanan Primer (ILP).

Integrasi Layanan Primer Diluncurkan, Menkes: Idenya Merevitalisasi Puskesmas

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Dalam rangka mewujudkan transformasi sistem kesehatan nasional, Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program Integrasi Layanan Primer (ILP). Peluncuran program yang dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin tersebut digelar secara luring di Jakarta pada Kamis (31/8/2023).

Dalam sambutannya, Menkes Budi mengungkapkan konsep integrasi layanan primer adalah membangun masyarakat Indonesia yang sehat dengan fokus pada layanan primer berupa promotif dan preventif. Konsep integrasi layanan kesehatan ini telah digagas sejak 1969 oleh dokter Indonesia, Johannes Leimena, sebelum diadopsi dunia melalui Deklarasi Alma Ata di Kazakhstan pada 1978 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada 2015.

“Konsep layanan kesehatan primer itu diimplementasikan juga oleh Leimena tahun 1969 dengan membuat yang namanya puskesmas,” kata Menkes Budi.

Selain itu, Leimena juga menggagas konsep jaga sehat setahun sebelumnya, sebagaimana yang saat ini tertuang dalam SDGs poin ketiga yakni ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages (menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang di segala usia).

“Jadi ILP bukanlah ide baru, melainkan langkah revitalisasi ide para pendahulu yakni pendiri puskesmas di tahun 1969 dan pendiri posyandu di tahun 1986. Kita hanya merevitalisasinya,” tambah Menkes Budi.

Program Integrasi Layanan Primer Kesehatan itu sendiri lanjutnya, diwujudkan dengan memperkuat sekitar 10.000 puskesmas yang berada di lingkup kecamatan, sekitar 85 .000 puskesmas pembantu yang berada di kelurahan, serta sekitar 300.000 posyandu yang berada di lingkup desa dengan pelayanan yang sesuai standar.

Beberapa aspek yang direvitalisasi adalah, pertama merapikan struktur faslitas layanan kesehatan primer. Upaya merapikan struktur puskesmas dan posyandu ini Kemenkes bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementerian Desa (Kemendes).

Poin kedua adalah redefnisi standar fasilitas kesehatan primer. Menurut Menkes, setiap fasilitas kesehatan memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Fasilitas kesehatan primer pada hakikatnya memiliki fungsi promotif atau promosi kesehatan dan preventif atau pencegahan penyakit. Bukan menyembuhkan orang sakit. “Jangan jadikan puskesmas jadi rumah sakit, it is a wrong concept. Puskesmas tuh untuk menjaga orang sehat, rumah sakit untuk menyembuhkan orang sakit,” jelas Budi.

Poin ketiga adalah melayani seluruh siklus hidup. Diakui Menkes, posyandu yang ada saat ini hanya melayani ibu hamil dan balita. Dengan revitalisasi layanan, maka nantinya posyandu juga melayani anak-anak, remaja dan lansia.

Poin keempat adalah digitalisasi faskes layanan primer. Langkah revitalisasi juga menyasar pada digitalisasi layanan di fasilitas primer. Sebab kata Menkes, upaya promotif dan preventif ini perlu disebarluaskan melalui media yang banyak digunakan oleh masyarakat.

“Semuanya didigitalisasi karena sekarang orang sudah jarang dengerin radio dan nonton tv. Orang sekarang itu banyak lihat Facebook, Instagram, sama WhatsApp (WA),” tegas Menkes.

Lalu poin kelima adalah reedukasi kader posyndu. Tujuannya adalah supaya para kader dapat melakukan tugas promosi kesehatan dengan baik. Karena itu menurut Menkes, posyandu tidak bertugas untuk mengadakan acara satu bulan sekali, tapi melakukan promosi kesehatan dari rumah ke rumah.“Datang rumah ke rumah untuk nanya, ngajarin, mengedukasi keluarga yang ada di rumah agar menerapkan perilaku hidup lebih sehat,” katanya.

SDM Sehat Sambut Bonus Demografi

Menkes Budi mengingatkan bahwa sektor kesehatan penting untuk menciptakan Sumber Daya Masyarakat (SDM) yang sehat demi mendukung bonus demografi RI yang diprediksi mencapai puncaknya pada 2030-2045 mendatang. Sebab meskipun usia produktif, kalau tidak sehat tentu juga tidak bisa bekerja.

Karena itu kesehatan harus dibangun sejak din agar kelak ketika dewasa dapat menjadi SDM yang produktif demi membantu Indonesia keluar dari ancaman middle income trap (jebakan negara berpendapatan menengah).

SDM produktif pada era tersebut, lanjut Menkes harus menjadi amunisi terbaik Indonesia untuk dapat mendongkrak Pendapatan Domestik Bruto (PDB) supaya mampu menembus kelompok high income country (negara berpenghasilan tinggi).

“Pastikan kita memiliki SDM dengan taraf intelektual yang cukup saat dewasa, dan pastikan saat dewasa tidak mesti cuci darah di rumah sakit selama tiga hari seminggu, dengan lima sampai enam jam sehari, itu gak produktif,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *