HARIANTERBIT.CO – Mari tertawa dan jangan mudah marah. Kartun dan karikatur mengajak kita bergembira dan memberi pencerahan dalam rupa kata garis dan warna. Tema karikatur dan kartun digambarkan berupa kehidupan sosial atau masalah kebijakan publik bisa juga yang berkaitan dengan politik. Kecerdasan di dalam menggambarkan dan mengungkapkan isi pikiran dalam gambar kadang hanya rupa tanpa kata orang sudah memahami makna di baliknya.
Kepiawaian mengolah berbagai ungkapan kadang kala mengkritik atau mengkritisi apa yang menjadi kebijakan. Tak jarang seniman kartun atau karikatur harus sangat hati hati waspada dan bijaksana. Wajar saja kalau rezimnya gampang nesu maka periuk mereka menjadi taruhannya. Rezim yang ngamukkan akan membredel memblack list dan banyak cara yang digunakan untuk membunuh karakter.
Demijian sebaliknya demi kepentungan politik maupun propaganda bisa saja menggunakan para kartunis dan karikaturis mempromosikan kepentingannya.
Karya seni memang seperti kendaraan tatkala diparkiran saja bisa dituding memihak apalagi saat digunakan siapa saja pengendaranya akan menjadi labelnya. Sejarah menunjukkan masa kelam yang sebentar sebentar marah membredel menangkapi memenjarakan. Ini bisa menjadi trauma untuk mengajak tertawa. Jangan jangan akan berdampak apa? Jangan jangan ada yang muntah muntah seniman yang diperiksa. Trauma bagi karikaturis dan kartunis ini bagai pelawak dalam negara otoriter. Siap grak tertawa grak, diam grak. Semua pukul rata rasa diubah bagai mesin atau robot saja semua dikendalikan sehingga matilah rasa. Hidup seakan tanpa jiwa.
Kartun dan karikatur ibarat keris kalau tidak ada sesuatu yang berbau magis ya bukan keris. Demikian halnya kartun dan karikatur kalau tidak ada pemikiran kritis sama dengan makan masakan yang hambar. Ada sesuatu yang kurang. Kekritisan bukan untuk membunuh atau menyerang atau atas dasar kebencian atau membabi buta menjelek jelekkan, melainkan ada sesuatu pesan moral yang ingin disampaikan. Ini suatu kecerdasan dan kepiawaian mengolah rasa dalam rupa walau kadang tanpa kata namun mampu mengajak bercanda dan menghasilkan tawa.
Kepiawaian dan kecerdasan para kartunis menangkap situasi aktual yang dalam berbagai issue penting yang terjadi dalam masyarakat dengan cepat dan up to date ini suatu kecerdasan dalam tekanan. Apalagi dikejar deadline dengan berbagai rambu pagar hingga pesan sampai ancaman jangan begini jangan begitu harus hati hati dsb. Pak Gatot Eko Cahyono pernah menceritakan pasca koran kompas ditegur keras pak Gm Sudarta menampilkan om pasikom hanya lembaran putih kosong. Seolah menunjukkan perdamaian win win solution atau saking hati hatinya tiada gambar lagi. Tertawa itu memang sehat dan cerdas nampun bisa juga penuh was was tatkala berhadapan dg orang orang atau kaum yang buas. (cdl)