HARIANTERBIT.CO-Hasil Riset tentang Teori Kecerdasan yang dilakukan oleh psikolog dan pakar ilmu syaraf dari Harvard University, Prof. DR. Howard Gardner mengungkapkan, “Multiple Intelligences” atau kecerdasan ganda seorang anak ternyata masih dapat ditingkatkan.
“Metode meningkatkan kecerdasan ganda tersebut diantaranya melalui “Terapi Doa dan Pijat Pangkal Jari untuk kondisi normal serta special needs untuk penderita autis hiperaktif, down syndrome dan penyakit lainnya. Ini kami terapkan baik untuk anak-anak maupun orang dewasa,” kata pakar terapi “Multiple Intelegenes” dan pengobatan alternatif KH. Ir. Noegroho Moempuni saat ditemui di kediaman sekaligus tempat praktiknya di Jl. Cempaka No. 60 Cirendeu, Ciputat Timur Tangerang Selatan, Jum’at (14/07/2023).
Menurut Noegroho, pihaknya membuka praktik dan pengobatan terapi meningkatkan kecerdasan Multiple Intelligences dengan maksud untuk membantu anak menjadi lebih pintar, cerdas, dan mandiri dalam menghadapi persaingan di era global saat ini.
Setelah mengikuti terapi diaharapkan seorang anak akan mampu dan menguasai mata pelajaran matematika di sekolah. Biasanya seorang siswa yang pintar matematika akan lebih mudah dalam menerima mata pelajaran lainnya.
Setelah melalui proses terapi 1 periode, umumnya nilai pelajaran seorang siswa di sekolah akan mengalami peningkatan. Penekanan dalam penguasaan matematika di sini sangat diutamakan, karena hampir semua anak/orang dewasa yang pintar matematika biasanya secara otomatis akan lebih mudah menguasai mata pelajaran lainnya.
Sedangkan anak yang cerdas lebih dapat menguasai berbagai mata pelajaran di sekolah dan mampu berprestasi dibanyak bidang. Dengan demikian anak diharapkan lebih unggul dan mampu menduduki posisi rangking dalam pengumpulan nilai di kelasnya.
Anak Jadi Pintar, Cerdas, dan Mandiri
Selain pintar dan cerdas terapi ini juga membuat seorang anak menjadi lebih mandiri, dimana mereka mampu mengatasi masalah yang dihadapi terhadap mata pelajaran di sekolah. Terutama untuk pelajaran yang mengutamakan logika serta bertanggung-jawab dan mampu memimpin suatu organisasi kecil dalam lingkungannya serta dapat mengambil keputusan terhadap hal-hal yang sifatnya berkelompok.
“Untuk mencapai sasaran Multiple Intelligences setidaknya diperlukan sekitar 3-5 periode terapi, dengan jumlah terapi/kedatangannya setiap periode antara 10 s/d 20 terapi,” ujar pria yang sempat 3 tahun tinggal bersama Raja Fahd di Istana Kerajaan Arab Saudi karena diutus Presiden Soeharto ini.
Menurut KH. Noegroho, jumlah periode dan terapi kedatangan berbeda-beda bagi setiap anak. Hal ini dikarenakan tingkat inteligensia masing-masing anak berbeda sejak dilahirkan. Banyak faktor penyebabnya, seperti gizi makanan ibu selama mengandung, faktor genetik / keturunan, gizi anak setelah dilahirkan, jenis makanan dan minuman anak.
Tingkat keberhasilan terapi kecerdasan ini akan sangat terbantu dengan ketekunan ibadah masing-masing pasien. Niat dan kesungguhan pasien serta tertib dalam melakukan terapi sesuai petunjuk / kondisi masing-masing pasien.
Semua Agama Bisa Ikuti Terapi
Kendati Nugroho seorang Kyai, namun dalam menerima pasien yang bersangkutan tidak memandang keyakinan orang yang datang. Penganut agama apa saja diperbolehkan mengikuti terapi.
“Semua yang datang kami terima dengan baik, tanpa membedakan suku bangsa, agama, dan ras. Masing-masing agama cukup diwajibkan melakukan ibadah dan do’a sesuai agama masing-masing,” tambahnya.
Bagi yang beragama Islam, disamping Sholat Fardhu 5 waktu, diharuskan melakukan Sholat Sunnah Tasbih setiap hari minimum 1 kali. Sedangkan bagi yang beragama Katholik, disamping kewajiban ke Gereja juga diharuskan setiap hari melakukan Do’a Rosario.
Bagi yang beragama Protestan, disamping kewajiban ke Gereja, juga diharuskan setiap hari melakukan Doa Syafa’at.
Sementara bagi yang beragama Hindu / Budha, disamping ibadah wajib, diharuskan juga melakukan meditasi setiap tengah malam.
Siapa saja dapat mengikuti terapi, mulai dari anak usia 7 hari, balita, anak – anak, remaja, dewasa dan lanjut usia. Bahkan ibu hamil juga disarankan mengikutinya agar janin di dalam kandungannya kelak lahir menjadi anak yang cerdas.
Terapi Kecerdasan oleh Kyai Noegroho ini dilakukan melalui metode Pijat Pangkal Jari. Memijat pangkal ruas jari kiri ditujukan untuk meningkatkan daya ingat, dan ruas jari kanan untuk meningkatkan daya tangkap. Sedangkan di antara jari tengah dan telunjuk untuk mengendalikan emosi.
“Metode terapi ini sudah mendapatkan Hak Cipta yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI. Jadi ini bukan motode pengobatan mistik,” jelasnya.
Karena bukan pengobatan mistik, maka tidak mengherankan banyak pasien Pak Noeg berasal dari kalangan terpelajar termasuk para dokter. Bahkan pria yang masih terlihat sehat di usianya yang 76 tahun ini mengaku pernah mengobati hingga sembuh seorang dekan fakultas kedokteran dari universitas negeri ternama yang menderita sakit jantung berat.
“Pernah juga seorang psikiater dan guru besar yang terkenal sebagai ahli pengobatan penderita narkoba dari Universitas Indonesia mengajak saya untuk bekerjasama membuka klinik pengobatan narkoba. Namun saya tidak bersedia karena masih ingin lebih dekat dengan berbagai lapisan masyarakat,” tambah pria lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini.
Menurut Pembina Pondok Pesantren Ciwaringin, Cirebon ini, terapi pangkal jari tidak hanya meningkatkan kecerdasan seorang anak, terapi pangkal jari juga mampu mengatasi berbagai macam penyakit berat. Misalnya stroke, asam urat, diabetes, dan berbagai penyakit lainnya.
Atasi Bayi yang Mengalami GDD
Salah satu pasien yang sudah merasakan keampuhan terapi yang dilakukan KH. Ir. Noegroho Moempoeni adalah Ny. Dice warga Cireundeu. Kedatangannya ke tempat praktik Pak Noeg ketika mendapati putranya Danis Hashemi oleh dokter dinyatakan mengalami Global Developmental Delay (GDD).
GDD atau biasa disebut dengan keterlambatan umum adalah tertundanya dua atau lebih bidang perkembangan pada anak. Ada banyak jenis keterlambatan perkembangan pada bayi dan anak kecil.
“Saat itu bayi saya mengalami keterlambatan dibanding anak sebayanya seperti terlambat tengkurap, merangkak, berjalan, dan sebagainya,” ujar Ny. Dice.
Kemudian seorang temannya menyarankan untuk melakukan terapi pangkal jari kepada KH. Ir. Noegroho Moempoeni yang sudah cukup banyak membantu mengatasi berbagai keluhan orang tua terhadap anaknya. “Alhamdilillah hasilnya cukup memuaskan. Anak saya sekarang sudah bisa bersekolah seperti anak-anak pada umumnya di salah satu sekolah swasta di Kawasan Ciputat,” ujarnya.
“Selain mengatasi GDD Pak Noeg juga bisa menangani anak agar tingkat kecerdasannya (IQ)-nya meningkat sehingga bisa lebih pintar di sekolah,” tambah Ny. Dice. (*/fs)