HARIANTERBIT.CO-Naik kapal laut dengan hantaman ombak setinggi 6 meter merupakan hal biasa dihadapi Zurika (36) dalam menjalankan tugas sebagai bidan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Hal sama juga dialami Venny (33) yang telah 7 tahun menjadi bidan di Kabupaten Natuna.
Ombak besar Laut Cina Selatan merupakan hal yang hampir tiap hari dirasakan mereka berdua dalam melayani masyarakat dalam program Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Natuna.
Kedua kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau itu, wilayahnya sebagian besar adalah pulau-pulau. Kabupaten Anambas punya 256 pulau, baik yang berpenghuni maupun yang tidak. Bahkan ada beberapa pulau yang belum memiliki nama karena masih merupakan hamparan batu karang yang ditutupi pasir.
“Di Pulau Jemaja, masih banyak ibu-ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat dan terlalu tua untuk hamil sehingga berisiko tinggi,” kata Zurika membuka percakapan di sela-sela pelatihan angkatan I Contraceptive Technology Update (CTU) bagi bidan dari 7 kabupaten dan kota se-Provinsi Kepulauan Riau di Kota Batam.
Pulau Jemaja, tempat Bidan Zurika mengabdi merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang beribukota di Tarempa. Di Pulau Jemaja ini terdapat bandara di wilayah paling utara Indonesia yakni Bandara Letung. Untuk menuju Ibu Kota Tarempa, Bidan Zurika harus menggunakan kapal atau speed boat selama empat jam perjalanan yang waktu cerah, ketinggian ombak mencapai 2 meter. Namun pada bulan September hingga Maret, ketinggian ombak rata-rata 6 meter.
Zurika mengatakan bersama dengan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan dan Kader KB, dirinya terus menggaungkan program KB khususnya metode MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang).
“Banyak mitos-mitos yang berkembang di masyarakat di Kepulauan Jemaja. Karena itu dengan adanya program KB maka akan berpotensi menekan angka stunting,” kata Zurika.
Hal senada disampaikan Bidan Venny. Meskipun berada di Pulau yang aksesnya hanya kapal laut dan perahu, namun bukan menjadi alasan untuk terus memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Apalagi dibantu oleh PKB, PLKB dan Kader KB yang sangat aktif di Kabupaten Natuna.
“Saat ini para penanggung jawab program KB masih banyak belum memiliki sertifikat CTU sehingga dengan diselenggarakannya kegiatan ini sangat membantu bidan untuk melayani pelayanan KB MKJP yang ada di pulau-pulau kecil,” jelas Venny.
Pelatihan CTU merupakan upaya peningkatan kompetensi bagi sejumlah bidan yang berada di fasilitas kesehatan khususnya bidan-bidan yang berada di daerah hinterland dan menjadi kantong-kantong strategis pelayanan KB.
“Penting untuk mengatur jarak kelahiran khususnya menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang nantinya juga akan menekan angka stunting di kepulauan,” kata Kepala perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau Rohina pada saat pelaksanaan praktik basah di Rumah Sakit Graha Hermine, di Batam, Jumat (03/12/2022).
Peserta angkatan pertama berjumlah 25 orang mengikuti pelatihan selama 15 hari efektif dari tanggal 16 November hingga 4 Desember 2022, secara Blended.
Setelah diberikan materi secara daring peserta mengikuti praktik lapangan. Tercatat pada saat praktik basah berlangsung sejumlah 117 akseptor telah dilayani oleh para peserta. Disampingi itu praktik basah langsung dalam pemantauan Kepala Bapelkes Provinsi Riau Ewita Yuda.
Kegiatan pelatihan CTU angkatan 1 akan berakhir ditanggal 4 Desember 2022 disejalankan juga dengan penandatangan perjanjian kerjasama Bapelkes Provinsi Riau. Peserta akan mendapatkan sertifikat kompetensi dengan memenuhi presentase kehadiran dan telah memenuhi target pasien yang telah ditetapkan oleh Organisasi Profesi. (*/fs)