HARIANTERBIT.CO – Gagasan impor satu juta ton beras yang disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lufti mendapat tanggapan beragam.
Gagasan ini kemudian mendapat respons yang berbeda dari Kepala Bulog yang mengatakan stok beras impor tahun 2018 masih tersisa 1.000 ton di gudang Bulog. Keputusan Mendag ini dilontarkan menjelang panen raya petani gabah yang dikhawatirkan bisa berdampak pada harga gabah petani.
Wacana impor beras ini juga mendapat kritikan keras dari Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristianto, bahkan sindiran Ketua Umum PDIP Ibu Megawati Soekarnoputri kepada Mendag M Lutfi.
“Saya waktu jadi presiden selalu mengatakan negara kita ini kaya-raya sekali, sehingga kita jangan hanya berpikir ketahanan pangan, tetapi kita harus berpikir kedaulatan pangan,” kata Megawati, saat acara peluncuran buku ‘Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam’, secara daring, Rabu (24/3/2021) lalu.
Menanggapi kritikan terhadap dirinya terkait kebijakan impor beras pada tahun ini, Mendag M Lutfi bahkan berjanji siap melepas jabatannya jika keputusannya terbukti salah
“Saya mesti memikirkan yang tidak terpikirkan. Saya mesti ambil keputusan-keputusan yang nggak populer. Saya hadapi. Kalau saya salah, saya siap berhenti, nggak ada masalah,” ungkap Lutfi dengan nada sedikit emosi di gedung Parlemen saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI pada Senin (22/3/2021) lalu.
Berkembangnya polemik ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Laskar Rakyat Jokowi (LRJ) Ridwan Hanafi justru mengapresiasi sikap jiwa besar Mendag M Lufti yang bersedia mundur dari jabatan menteri perdagangan.
“Ini adalah suatu pembelajaran bagi pejabat negara lainya kesediaan beliau (Muhammad Lutfi-red), melepaskan jabatan jika kebijakannya salah. Sebagai konsekuensi beliau siap meninggalkan jabatan menteri,” imbuh Ridwan, Jumat (26/3/2021), dalam keterang tertulis yang diterima HARIANTERBIT.co.
Ditambahkan Sekjen LRJ, kita harus bangga ada menteri Pak Jokowi yang berjiwa kesatria dari seorang M Lutfi. Dalam pemerintahan Pak Jokowi berjalan dua periode ini baru ada menteri yang seperti itu bersedia mundur.
“Ini soal moral dan etika beliau akan merasa bersalah kepada Presiden dan rakyat Indonesia jika tidak mundur. Saya salut dengan sikap kesatria beliau (Pak Lutfi),” tandasnya.
“Tidak seperti pejabat negara lainnya, menang bintang doang, tapi bermental preman,” imbuh Ridwan.
Saat dikonfirmasi pejabat siapa yang dimaksud, Ridwan hanya mengatakan, pejabat yang berkantor di lingkaran Istana. (*/rel/dade)