HARIANTERBIT.CO – Ketua Kwartir Nasional (Kakwarnas) Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault minta, Pramuka tak lagi di bawah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). “Kami sudah melapor dengan berkirim surat ke Presiden Jokowi selaku ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka ingin berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),” tutur Adhyaksa.
Alasannya, karena rata-rata pembina di tubuh pramuka merupakan seorang guru dari dinas pendidikan. Secara terbuka, mantan Menpora di era Presiden Susilo Bambang Yudhyono ini menegaskan, jika Menpora Imam Nahrowi benci dengan dirinya, jangan organisasi pramuka yang disikat. “Pramuka tidak boleh dikorbankan”, tandasnya dengan semangat.
Dia juga sangat keberatan dengan sepak terjang Menpora Nahrowi selaku kuasa pengguna anggaran yang menggelontorkan dana APBN langsung ke Kwarda Pramuka, bukannya ke Kwarnas. “Kwarda itu mempunyai pembina yaitu gubernur selaku Majelis Pembimbing Gerakan Pramuka”, tegas Adhyaksa, lelaki kelahiran Donggala 1963.
Adhyaksa mengaku tak habis pikir Imam Nachrowi membenci dirinya. “Tahun lalu kita buat Raimuna Nasional dihadiri 15 ribu adik pramuka dan dijanjikan Rp13 miliar. Bahkan itu dihadapan Presiden RI, disaksikan oleh para waka,” tutur Adhyaksa yang juga seorang dai.
Namun, sampai hari ini, tak ada sepeser pun. Sedang di tahun ini sepeser pun tak dianggarkan. “Anehnya bantuan malah diberikan langsung pada kwarda-kwarda. Waktu kami buat surat ingin audiensi dengannya malah didesposisi diterima oleh deputinya… kok angkuh sekali??,” tutur Adhyaksa menumpahkan uneg-unegnya.
Padahal, kata Adhyaksa, berapa lama sih jadi menteri? Dia menyebut saat jadi Menpora, tiap tahunnya walau anggaran waktu itu cuma Rp600 miliar setahun di Kemenpora, tetap memberikan Rp45 miliar tiap tahun untuk kegiatan Kwarnas.
“Tradisi itu dilanjutkan oleh Andi Malarangeng juga Roy Suryo. Tapi kok periode ini tak ada??… Malah bermacam fitnah dimainkan dan dihantamkan pada saya, dari mulai diviralkan kalau saya anggota Hizbut Tahrir, Islam Ekstrem, pengikut 212 dan sebagainya,” tutur Adhyaksa, alumnus Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
Bahkan puncaknya ada gerakan munaslub yang gagal total. “Tapi semuanya saya anggap sebagai tantangan kecil yang harus saya hadapi! Karena saya yakin, bahwa Allah Swt tak akan meninggalkan hambanya seperti yang mereka kira (Surat Adhuha ayat 3),” tuturnya, seraya menyebut pramuka dan keikhlasan tak dapat dipisahkan.
Karena dipinggirkan, Kwarnas tidak bisa diam. Misalnya saat , Kwartir Nasional menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional Gerakan Pramuka di Hotel Royal Safari Garden, Cisarua, Bogor pada 23-25 Februari 2018 lalu, tidak mengundang Menpora Imam Nachrowi sebagai nara sumber. Kakwarnas justru mengundang Menteri Sosial Idrus Marham.
Hasanudin dari Kwarda Sulteng berharap, konflik antara sosok Menpora dan Ka Kwarnas tidak berkepanjangan. “Karena ujungnya akan merusak marwah pramuka” tandas ketua DPW IPJI Sulteng ini.