Sekjen SP JICT Firmansyah Sukardiman bersama Ketua SPC Sabar Royani beserta pekerja lainnya di Pelabuhan Tanjung Priok memberikan pernyataan kepada awak media saat jumpa pers di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (14/1).

JICT MERUGI RP8,7 MILIAR, VENDOR BARU PERLU DIEVALUASI

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja PT Jakarta International Container Terminal (SP JICT) Firmansyah Sukardiman mengibaratkan proses peralihan vendor operasional di pelabuhan petikemas Tanjung Priok tersebut bak melakukan ‘persekongkolan jahat’.

“Ini yang terjadi di JICT sekarang, kami heran kenapa direksi bela mati-matian dengan memecat 400 karyawan supaya vendor baru PT Multi Tally Indonesia (MTI) dapat terus langgeng dengan mengalihkan kapal-kapal dan mendatangkan back up operator dari Pelindo (Pelabuhan Indonesia) II (Persero). JICT merugi Rp8,7 miliar selama 12 hari sejak MTI beroperasi,” kata Firman, saat jumpa pers, di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (14/1).

Sekjen SP JICT Firmansyah Sukardiman bersama Ketua SPC Sabar Royani beserta jajaran dan pekerja lainnya di Pelabuhan Tanjung Priok memberikan pernyataan kepada awak media saat jumpa pers di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (14/1).

Lebih lanjut Firmansyah menjelaskan, belum lagi kerugian pengguna jasa yang mencapai Rp40 miliar. Padahal, nilai proyeknya hanya Rp14 miliar per tahun, dan pihaknya mempertanyakan keberadaan vendor baru yang dianggap tidak mempunyai sumber daya manusia (SDM) cukup dan berpengalaman dalam melakukan operasional JICT.

“Adanya persekongkolan Direksi JICT dengan MTI, terlebih lagi dampak kerugian bagi pelanggan perusahaan dan keamanan negara sangat besar. Direksi memindahkan bongkaran empat kapal petikemas ke terminal lain agar JICT terlihat tidak terlalu repot dengan adanya vendor baru,” ungkap Firman.

Sementara itu, Ketua Serikat Pekerja Container (SPC) Sabar Royani menjelaskan, SP JICT merasa perlu bersuara terkait vendor baru MTI, telah mengorbankan pekerja yang sudah cukup lama dan berpengalaman. “Kalau vendor tidak cakap kinerjanya, harus ada evaluasi, ini jelas sangat janggal,” tandasnya.

“JICT dan pengguna jasa sangat rugi miliaran rupiah, sedangkan produkvitas pelabuhan anjlok, dan program pemerintah serta keamanan negara terancam. Manajemen JICT saat dikonfirmasi belum dapat terhubung,” pungkas Sabar. (*/dade/rel)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *