HARIANTERBIT.CO – Kemeriahan jelang pilkada Sumsel mulai terasa hangat di masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan para kandidat baik melalui pemasangan alat peraga kampanye atau melalui iklan berita di koran juga kegiatan temu publik, sedikit banyak telah menyumbang diketahuinya rencana pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Sumsel. Pada satu dua kasus, persoalan pilkada dan siapa calon yang diinginkan menjadi perbincangan hangat di meja makan dan kedai-kedai kopi, tidak jarang terjadi adu argumen antar-pendukung bakal calon gubernur.
Secara umum muncul asumsi publik, yang akan bertarung di pilkada Sumsel ada dua kubu, yaitu kubu penantang dan kubu petahana. Kubu penantang disebut juga sebagai kubu pembaharu karena dalam kampanyenye mereka banyak melakukan kritik atas kekurangan pemerintahan Alex Noerdin selama satu dasawarsa atau 10 tahun. Mereka mengkritik kegagalan pengentasan kemiskinan, tingginya ketimpangan dan peringkat capaian indeks pembangunan manusia yang berada di bawah rata-rata nasional. Kubu penantang juga mengkritisi soal buruknya infrastruktur di daerah, jalan rusak, fasilitas umum tidak bagus, pembangunan terlalu berpusat di satu titik. Sebaliknya kubu petahana yang sering juga disebut kubu status quo mengkampanyekan klaim keberhasilan pembangunan dan secara frontal menyatakan harus dilanjutkan.
Perdebatan para pendukung kedua kubu mudah ditemui di dunia maya. Namun di dunia nyata juga kini sudah mulai ramai perdebatan para pendukung itu terjadi. Tim redaksi berhasil menemui dan menanyai beberapa orang menyangkut program para kandidat. Imanul Haqq salah seorang yang berhasil ditanyai menyatakan, ia mendukung terjadinya suksesi kepemimpinan di Sumsel. Menurutnya cukup 10 tahun secara psikologis satu kubu memimpin pemerintahan. Jika kubu status quo kembali memimpin, dirinya khawatir terjadi personifikasi dan domestikasi hal-hal publik. “Ini era demokrasi, gantian lah masa habis bapak dilanjut anak. Sumsel bukan kerajaan Mas,” ujarnya saat ditemui di kawasan PIM Palembang, Jumat (15/12).
Iman berharap kubu pembaharu dapat bersatu agar bisa memenangkan pilkada. Hal itu penting dilakukan agar terjadi perubahan pola pembangunan dan gaya kepemimpinan di Sumsel. Baginya bergantinya kepemimpinan di Sumsel akan lebih banyak manfaatnya sementara jika kubu status quo yang meneruskan justru akan banyak madharatnya. “Ya kalau bicaranya memakai hati nurani kan begitu, masa iya misalnya bupati belum sepemanenan singkong sudah naik jadi gubernur, kenapa gak kemarin tunggu saja, tidak usah ikut pilbup,” pungkasnya.
Warga lainnya yang berhasil ditanyai adalah Siti Maesaroh. Ia bekerja sebagai karyawan supermarket dan mengaku mengetahui akan ada pilkada. Menurutnya yang akan menang adalah Herman Deru, karena banyak dibicarakan dimana saja termasuk di kalangan keluarga dan teman-temannya. “Pak Deru itu di pilkada yang lalu kalah sama Pak Alex, masa sekarang harus kalah lagi sama anaknya Pak Alex. Jadi masyarakat itu kasian sama Pak Deru, maunya gantianlah begitu,” ujarnya.
Jika terpilih nantinya, Siti berharap Herman Deru memperhatikan soal upah karyawan dan menyediakan lapangan pekerjaan. “Kasian rakyat Mas, banyak yang menganggur. Cari kerja susah, sekalinya ada kerja, upahnya kecil. Jadi gubernur harus turun tangan nantinya biar ada perubahan. Biar kita-kita sejahtera,” pungkasnya.