HARIANTERBIT.CO – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, dilihat dari geopolitik dan peta politik dunia telah banyak terjadi perubahan, sementara posisi Indonesia lebih mengedepankan pendekatan budaya dan agama di tengah negara-negara yang menggunakan kekuatan dan kekerasan.
“Diimbau, agar berhati-hati dengan pesatnya perkembangan teknologi dunia. Tadi saya sudah menyinggung dalam kuliah umum saya bahwa perkembangan teknologi begitu cepat, dan kalau kita tidak berhati-hati, menurut ramalan ke depan komputer itu sama pintarnya dengan otak manusia, dan punya perasaan. Jadi, kita jangan saling bermusuhan satu sama lain, semua harus berteman,” kata Luhut, saat memberi Kuliah Umum yang bertema “Menimbang-nimbang Calon Pemimpin Bangsa pada Pemilihan Presiden RI Tahun 2019, Suatu Renungan dari Kampus UKI”, di ruang Auditorium Grha William Soeryadjaya, Kampus UKI Cawang, Jakarta Timur, Jumat (10/11).
Lebih lanjut dikatakan Menko Martim, nasional interesting kita tetap penting, tetapi kalau tidak berteman bisa repot juga. Kita harus bisa menghitung dengan kalkulasi yang tepat, seperti halnya Arab Saudi yang kaya masih membuka diri dengan Rusia, Tiongkok, Amerika.
Terkait dengan calon presiden pada Pilpres 2019 mendatang, Luhut berharap, untuk usia pendamping Joko Widodo tidak jauh berbeda agar terlihat sehat dan berkesinambungan.
“Kalau memang itu pilihan Jokowi, eloknya jangan terlalu beda umur dengan beliau, agar bisa mengimbangi dan berkesinambungan, artinya jika pendampingnya tidak jauh berbeda usianya bisa dipersiapkan untuk melanjutkan tongkat kepemimpinannya,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Hukum UKI Hulman Panjaitan SH, MH mengatakan, pada kesempatan yang berbahagia ini, kami atas nama Fakultas Hukum UKI menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu dan kesediaan yang terhormat Bapak Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dalam memberikan kuliah umum di Kampus UKI.
“Terima kasih juga kepada seluruh panitia yang sudah bekerja sedemikian rupa dalam merancang dan mempersiapkan segala sesuatunya demi terlaksanakannya kuliah umum ini. Dengan kuliah umum kali ini diharapkan Fakultas Hukum UKI sebagai bagian dari institusi pendidikan tinggi secara formal mampu menghasilkan kriteria dan kualifikasi nonnormatif terhadap calon pemimpin bangsa ke depan yang mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan maju,” kata Hulman.
Karena secara normatif, sambung Hulman, persyaratan dan kualifikasi untuk calon pemimpin bangsa telah ditetapkan dalam konstitusi atau UUD 1945 dan Peraturan Perundang-undangan tentang Pemilihan Umum. “Kami berharap kita semua dapat memanfaatkan momentum ini untuk mencari calon pemimpin bangsa yang terbaik,” pungkasnya. (*/dade/rel)