HARIANTERBIT.CO – Survei isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai hasil mobilisasi opini kekuatan politik terutama pendukung Prabowo yakni mesin politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) perlu dipertanyakan.
“Siapa memesan dan untuk kepentingan siapa survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) itu dilakukan,” kata Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini menjawab awak media di Gedung Nusantara I Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (2.10).

Sebelumnya diberitakan bahwa Lembaga penelitian SMRC mengumumkan hasil survei terhadap 1.057 responden melalui wawancara tatap muka, dengan margin error 3,1 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurut SMRC, 86,8 persen responden atau hampir semua warga tidak setuju bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI di Tanah Air. Warga yang menyatakan setuju sedang terjadi kebangkitan PKI hanya 12,6 persen responden. Yang yakin kebangkitan PKI telah mengancam negara hanya sekitar lima persen dari populasi dewasa nasional.
Sejalan dengan itu, warga yang setuju dengan opini bahwa Jokowi adalah orang atau terkait dengan PKI hanya sebesar 5,1 persen. Sementara yang tak setuju 75,1 persen.
SMRC mencermati opini masyarakat tentang isu kebangkitan PKI cukup beririsan dengan pendukung Prabowo, dan dengan beberapa pendukung partai politik, terutama PKS dan Gerindra.
Selain itu, opini tentang kebangkitan PKI cenderung lebih banyak di kalangan muda, perkotaan, terpelajar, dan sejumlah daerah tertentu, terutama Banten, Sumatera, dan Jawa Barat.
Semua demografi ini beririsan dengan pendukung Prabowo. Harusnya yang lebih tahu bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI lebih banyak di kalangan warga yang lebih senior sebab mereka lebih dekat masanya dengan masa PKI hadir di pentas politik nasional (1945-1966) dibanding warga yang lebih junior (produk masa reformasi).
Menurut SMRC, ini menunjukkan opini kebangkitan PKI di masyarakat tidak terjadi secara alamiah, melainkan hasil mobilisasi opini kekuatan politik tertentu, terutama pendukung Prabowo, mesin politik PKS dan Gerindra.
Bila keyakinan kebangkitan PKI itu alamiah maka keyakinan itu akan ditemukan secara proporsional di pendukung Prabowo maupun Jokowi, di PKS, Gerinda, dan partai-partai lain juga. Gejala hasil mobilisasi itu juga terlihat pada warga yang cenderung punya akses ke media massa, terutama media sosial.
Di bagian lain, secara politik, isu kebangkitan PKI tidak penting karena tak dirasakan adanya oleh hampir semua warga. Isu kebangkitan PKI yang ditujukan untuk memperlemah dukungan rakyat pada Jokowi, menurut SMRC, bukan pilihan isu stategis yang berpengaruh.
Dikatakan wakil rakyat dari Dapil Provinsi Banten itu, masalah PKI adalah persoalan bangsa. Itu artinya, soal PKI adalah masalah kita bersama yang cita kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi, wajar kalau kami dari PKS mempertanyakan siapa dan untuk kepentingan siapa survei itu dilakukan.
Menurut anggota Komisi I DPR RI ini, komunis tidak ada di Indonesia. Sebab itu, ridak boleh ada partai partai tersebut di Indonesia. “Itu bukan sudah jadi keputusan agama yang ada di tanah air yang mengakui Tuhan. Sementara itu, komunis tidak mengakui adanya Tuhan. Karena itu, mereka tidak boleh hidup di negara yang mengakui adanya Tuhan,” kata Jazuli.
Tentang nonton bareng (nobar) yang dilakukan kader dan simpatisan PKS di berbagai daerah di tanah air, lanjut Jazuli, itu dilakukan memenuhi ajakan panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
“Apa salahnya, kita memenuhi ajakan Panglima TNI itu. Presiden Jokowi saja ikut nobar Salahnya, dimana? Jangan-jangan yang mempersoalkan itu PKI atau antek-antek dari PKI.”
Sebenarnya, kata Jazuli yang sudah tiga periode dipercaya sebagai wakil rakyat (DPR RI-red), bertujuan untuk mengingatkan anak bangsa yang cinta kepada NKRI, persatuan dan kesatuan agar masa kelam yang pernah dialami anak bangsa beberapa puluh tahun lalu tidak boleh terulang lagi.
Terkait Milad Fraksi PKS ke-13, Jazuli menyebutkan, baru kali ini fraksi yang dipimpinnya merayakannya. Sejumlah kegiatan merayakan Milad kali ini dilakukan antara lain donor darah yang diikuti anggota fraksi, kader, staf ahli dan TU Fraksi.
Selain itu juga ada pertandingan bulutangkis terbuka untuk keluarga besar parlemen, futsal, Sedangkan acara puncak Milad kali ini dirayakan bersamaan dengan hari Santri. Acara diisi dengan final lomba baca kitab kuning. (art)