HARIANTERBIT.CO – Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya mewujudkan dan berkomitmen terhadap penutasan penduduk buta aksara.
Capaian tahun 2016 berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud, penduduk Indonesia yang telah berhasil diberaksarakan mencapai 97,93 persen, atau tinggal sekitar 2,07 persen (3,4 juta orang).
”Indonesia telah membuktikan keberhasilan dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan untuk Semua (PUS) Dakar, 23 provinsi sudah berada di bawah angka nasional masyarakat buta aksaranya,” demikian disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar, dalam acara Diskusi Kebijakan Pendidikan Dan Kebudayaan Bersama Media Massa, di Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Rabu (6/9).
Untuk mewujudkan komitmen pemerintah dan mengajak seluruh masyarakat untuk peduli terhadap penuntasan buta aksara, Kemendikbud memperingati Hari Aksara Internasional (HAI) yang telah digagas oleh UNESCO dalam konferensi para menteri pendidikan tentang Pemberantasan Buta Huruf, di Teheran, Iran, pada 8-19 September 1965.
”Hari Aksara Internasional telah ditetapkan untuk diperingati pada 8 September melalui Konferensi Umum UNESCO yang digelar 26 Oktober 1966. Sejak penyelenggaraan HAI pertama pada 1966, acara terus dilakukan oleh dunia setiap tahun sebagai wujud memajukan agenda keaksaraan di tingkat global, regional dan nasional,” jelas Harris.

Tema HAI pada tahun ini yang diusung oleh UNESCO adalah ”Literacy in a Digital World”. Kemendikbud menerjemahkan tema tersebut, yakni Membangun Budaya Literasi di Era Digital, dengan tujuan melihat jenis keterampilan keaksaraan yang dibutuhkan orang untuk menavigasi masyarakat yang dimediasi secara digital, dan mengeksplorasi kebijakan keaksaraan yang efektif.
”Peringatan HAI yang dirayakan seluruh warga dunia merupakan kesempatan bagi pemerintah dan seluruh masyarakat untuk menyoroti peningkatan tingkat melek huruf di dunia, dan merenungkan tantangan keaksaraan yang tersisa di dunia,” tutur Harris.
Angka buta aksara usia 15-59 tahun di Indonesia dilihat dari masing-masing provinsi masih terdapat 11 provinsi memiliki angka buta huruf di atas angka nasional yaitu Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen). Sedangkan 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional.
Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang. ”Di sini perlu peran pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk bersama-sama dalam penuntasan buta aksara,” pesan Harris
“Kemendikbud telah merumuskan upaya penuntasan buta aksara dengan ‘5M’ yakni, mendesain kebijakan keaksaraan yang terintegrasi kesetaraan, memperoleh data valid, membagi tanggung jawab sumber daya pemerintah dan pemerintah daerah, mendiversifikasikan layanan program, dan memangkas birokrasi layanan program melalui aplikasi daring sibopaksara.kemdikbud.go.id,” pungkas Harris.
Peringatan HAI tahun ini secara nasional dipusatkan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada 6-9 September 2017, dan acara puncak peringatannya akan dilaksanakan pada 8 September 2017. Rangkaian acara akan dimulai dari Pameran Pendidikan dan Kebudayaan, hingga pemberian anugerah aksara, pemberian penghargaan TBM Kreatif-Rekreatif, pemberian penghargaan pemenang lomba keberaksaraan, PKBM Berprestasi. (*/dade/rel)