WARAS DALAM KEGILAAN

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, permasalahan yang diperebutkan adalah sumber daya dan pendistribusian sumber daya. Apapun latar belakangnya mendominasi dan dominan akan menjadi pujaan dan impian.

Bagi yang sudah mapan enggan untuk diubah apalagi direformasi. Mereka akan mempertahankan kemapanan dan kenyamananya. Mereka mendeklarasikan sebagai pejuang dan pemilik negara, selalu membentak yg ingin mewaraskan.

PPG alias pura pura gila itu yg mereka lakukan agar siapapun yg akan mengusik mundur duluan. Gertak sambel mereka manjur karena selain punya power secara fisik dan ngawur tidak manut aturan pada umumnya. Yg ke dua memiliki soft power yg namanya primordial.

Apapun yang dilakukan akan dianggap benar bahkan lebih gilanya dijadikan acuan kebenaran. Hidup waras dalam suasana kegilaan dianggap duri dalam daging. Yg sadar yg waras, silent majority mengatakan baik dan benar bahkan mengelu-elukanya.

Menaruh harapan dipundaknya. Namun tatkala sang penjaga kemapanan dan kenyamanan tiba pada umumnya diam bagai orong2 ditutup tempurung. Ikut2an PPG supaya aman dan selamat sukur mah bisa menjabat. Mewaraskan bukan tugas sembarangan, melainkan tugas berat dan mulia.

Analogi mitos Yunani seorang pemuda desa yg mendapat petunjuk untuk melawan singa berkepala singa dan domba yang dikenal dengan sebutan cisera. Binatang itu memang aneh dan tidak berperikemanusiaan kejam dan biadab. Selain sangat sakti dan kuat juga memiliki semburan api yang dapat menghajar apa saja yg dia mau. Semua rakyat ketakutan.

Sang pemuda desa tiba di kampung terdekat dari tempat tinggal Cisera. Tatkala bertanya2 tentang Cisera tidak ada satupun warga yg memberi informasi. Namun ada seorang kakek yang menasehati, kalau menyerang dari bawah maka akan mati. Seranglah dari udara dengan menunggangi pegasus ( kuda terbang). Pegasus tinggal di mata air yang menjadi danau pirena.

Sang pemuda desa tadi segera menuju danau pirena. Warga sekitar menertawakan bahwa mereka sejak kecil sampai dengan tua tidak pernah melihat pegasus. Sang pemuda awalnya ragu tetapi dia tetap gigih bertekad mencari pegasus. Ia menyiapkan pelana nya.

Berhari hari siang malam belum ada tanda-2 pegasus datang. Saat purnama tengah malam dia mendengar suara kuda terbang turun dan meminum air. Dengan sigap dan secepat kilat si pemuda tadi memasang pelana di punggung pegasus.

Pegasus terkejut, terus meronta dan terbang tinggi sekali. Sipemuda dengan susah payah akhirnya mampu mengendalikan pegasus bahkan mampu berkomunikasi dengannya. Singkat cerita penyerangan terhadap Ciserapun dimulai. Si pemuda memakai pedang dan tameng yang berkilat.

Saat senja matahari terbenam pegasus bersama si pemuda menyerang dari belakang dan menebas kepala ular dan kepala domba. Cisera marah menerkam pegasus dan pegasus terkejut terbang mengangkasa. Ciserapun terbawa. Saat pada posisi tinggi si atas awan Si pemuda dengan cepat menikam perut Cisera dan jatuhlah kebumi dengan ledakan yang dahsyat.

Apa makna dari cerita mitologi di atas apabila dikaitkan dengan era digital sekarang ini, dan era yang akan dikembalikan ke jaman batu oleh para kaum mapan dan nyaman?

Makna cerita di atas menunjukkan perlu pempimpin yang berani dan waras seperti si pemuda desa tadi. Punya nyali dan gigih memperjuangkan untuk mewujudkan mimpinya. Si pemuda bukan berani konyol tetapi dikuatkan oleh pegasus. Bisa terbang mengangkasa. Analogi sekarang ini adalah mampu menggerakan secara virtual dengan program on line dan terhubung secara elektronik. Itulah pegasusnya yg akan mencabut sumber2 daya kaum Cisera yang sudah mapan dan nyaman.

Mereka bukan kacang-2, mereka ini reinkarnasi Cisera barang kali…. hehehe. Kuat sakti kaya bisa ngawur punya massa bisa memaksa dan sebagainya. Sekali lagi saya ingin menyampaikan membangun program2 on line dengan sistem2 elektronik selain berat mungkin juga harus sabar dan gigih seperti menanti pegasus antara ada dan tiada.

Setelah dapat membangunyapun masih mengalami guncangan seperti mengendalikan pegasus. Dari SDM nya,dari situasi dan lingkungan serta kebudayaan yg mendukung. Belum sang Cisera yang menjadi penjaga status quo dan zona nyaman mereka. Orang 2 kebanyakan hanya diam dan takut lebih memilih untuk diam atau terpaksa mengikuti.

Sang pembaharu memang bukan rombongan, yang lain nonton dan siap menghakimi. Seperti si pemuda desa langsung jalan sendiri, maka pemimpin yg waras adalah pemimpin yang berani dan dengan tulus membangun sistem-2 online secara elektronik untuk menebas kepala2 Cisera dan menikam perutnya sekaligus.

Pilihanya hanya dua yaitu : yen kalah mati, yen menang mukti. Yg kalah pasti mati apa bila menang akan mendapatkan kejayaan walau belum tentu juga dihargai atau diterima. Seperti halnya daud berhasil mengalahkan goliat namun justru tidak diterima dan akan dibunuh oleh Raja Saul.

Sang pemimpin selain waras, wajib punya nyali mewujudkan mimpinya, mampu memperbaiki kesalahan masa lalu, siap di masa kini dan mampu menyiapkan masa depan yang lebh baik. – Crisnanda DL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *