HARIANTERBIT.CO – Permasalahan pada membangun Bhabinkamtibmas yang profesional modern dan terpercaya (promoter), seringkali sebatas petugas-petugasnya dan memfokuskan pada hal-hal teknis semata. Yang berkaitan dengan kepemimpinan, political will, administrasi dan operasionalnya serta capacity buildingnya diabaikan bahkan belum di sentuh. Belum lagi model dan pola implementasinya masih manual parsial dan konvensional sehingga tugas sebagai Bhabinkamtibmas belum menjadi kecintaan kebanggaan dan keunggulan dalam kinerja kepolisian.
Model penguatan Bhabinkamtibmas dengan pola-pola implementasinya merupakan bagian dari program promoter yang dirasionalisasikan secara holistik atau sistemik. Penguatan Bhabinkamtibmas merupakan political will pimpinan yang selain SDM nya berkarakter (memiliki integritas, kompetensi dan keunggulan) memiliki kesadaran tanggungjawab dan disiplin dalam bekerja.
Promoter
Di samping SDM yang berkarakter juga di back up sistem online yang di wujudkan dalam back office (kalau di Jepang ada call and comand centre, traffic control centre), berbagai macam aplikasi dan juga networknya secara virtual maupun aktual.
Dari SDM dan sistem-sistem tersebut pola implementasinya dibuat model pemolisian yakni:
1. Pemokisian yang berbasis wilayah (geographical community),
2. Pemolisian yang berbasis kepentingan atau fungsional (community of interest yang ditangani dari fungsi-fungsi kepolisian; fungsi utama, fungsi pendukung dan fungsional),
3. Pemolisian yang berbasis dampak masalah (akar masalah bukan bagian dari pekerjaan kepolisian, namun ketika menjadi masalah maka akan menjadi masalah kepolisian, ketika dipaksakan ke orang lain atau di tempat umum dan menjadi msalah sosial maka akan menjadi tugas kepolisian untuk menanganinya), dikerjakan secara lintas wilayah, lintas fungsi dan lintas stake holderi dikendalikan oleh bagian ops.
Sebagai contoh, masalah idiologi; tatkala pada ranah pribadi bukan menjadi urusan kepolisian namun ketika dihembuskan adanya kebencian dan menyerang kelompok berbeda dan memaksakannya serta menimbulkan konflik maka menjadi tugas polisi menyelesaikanya.
Serta contoh lain masalah politik, ekonomi, seni budaya, dan sebagainya.
Pola implementasinya dpt mengadopsi asta siap ( 8 siap):
1. Siap piranti lunak
2. Siap posko ( back office, aplication dan networknya). Sebagai pusat k3i ( komunikasi, kòoedinasi, kodal dan informasi)
3. Siap latihan dengan berbagai skenario maupun simulasi
4. Siap kondisi masyarakat ( jejaring yang menjadi key informan untuk masalah kamtibmas ssampai dengan tingkat RT atau komuniti2)
5. Siap mitra masyarakat yang sudah siap menjadi soft power menjadi pendukung kepolisian ( pemerintah, dpr/ d, lsm, media, tokoh2, kelompok2 yg visioner dan cinta kebangsaan/ nasionalisme tinggi, sektor bisnis dsb).
6. Siap SDM untuk tugas posko, tugas satgas, tugas babinkamtibmas maupun tugas2 lainya
7. Siap sarana prasarana untuk perorangan, unit / kelompok dan kesatuan
8. Siap anggaran baik yang bujeter maupun non bujeter.
Spirit dari pemolisian yg akan menjadi penguatan adalah merupakan penjabaran amanat UUD 45 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini bagamana penjabaranya ? Saya belm menemukan nomenklatur yg tepat namun munkin bisa dipakai dengan istilah membangun masyarakat sadar wisata.
Masyarakat sadar wisata/ Darwis bukan semata mata tourism namun membangun masyarakat yg cerdas untuk membangun karakter daerahnya menjadi ikon dan menjadi kekuatan bagi kommunitinya untuk dapat hidup tumbuh dan berkembang.
Mas Darwis akan menjaga dan menyelesaikan dari faktor2 yang menjadi penyebab timbulnya : intoleransi, konflik sosial, radikalisme s/d terorisme.
Keamanan keselamatan dan kelancaran berlalu lintas akan menjadi keunggulan dan dan kebanggaanya. Selain indah, seni, asri, aman, nyaman lancar serta menginspirasi ďan menghibur.
Masyarakat Darwis akan menjadikan kekuatan masyarakat karena cinta dan bangga akan wilayahnya atau areanya, seni budayanya, heritagenya, keunikan2 karya masyarakatnya dsb.
Darwis menyelamatkan anak bangsa
Darwis menjadi solusi mengatasi urbanisasi karena di kampung / desanya menjadi tujuan destinasi wisata yang berarti menjadi hidup dan ada sumber kehidupan.
Darwis menyadarkan dan memberdayakan potensi2 yg ada
Darwis kreatif inovatif inspiratif yg mampu memprediksi, mengantisipasi dan memberi solusi.
Penguatan Babinkamtibmas yg mampu menjadi pelopor dalam membangun darwis diperlukan langkah2 sbb :
1. Adanya political will yg mwndukung atau setidaknya care dan sadar akan peran dan fungsi bhabinkamtibmas untk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui darwis.
2. Kepemimpinan yang transformatif
3. Membangun infrastuktur; sistem2 dan pendukung2nya ( back office aplicatin dan networkingnya menuju e policing)
4. Membentuk tim transformasi sebagai tim back up dan penjamin kualitas dan mutu kinerja
5. Membangun SDM yg berkarater sebagai polisi2 yg promoter
6.Membuat program2 unggulan yg mempunyai prinsip dengan standar sama namun bisa menyesuaikan corak masyarakat dan kebudayaanya.
7.Membangun pilot project sebagai area percontohan.
8. Memonitor dan membuat evaluasi2 untuk solusi dan produk2nya
9. Mengembangkan dengan model, pola dan strateginya
dsb.
Penguatan Bhabinkamtibmas dikategorikan apa yg dikerjakan pada:
A. Ranah birokrasi :
1. Pemimpin dan kepemimpinan yg transformatif
2. Bidang administrasi ( poac (planning organizing actuating n controlling), bin SDM yg berkarakter, sarpras yang menjadi bagian dari modernisasi, anggaran)
3. Sistem pengoperasionalanya yg bersifat rutin, khusus maupun kontijensi
4. Capacity building
B. Di ranah masyarakat :
1. Kemitraan
2. Pelayanan publik ( keamanan, keselamatan, administrasi, informasi, hukum dan kemanusiaan)
3. Problem solving
4. Networking
Kesemua hal inilah yang semestinya menjadi penguatan Babinkamtibmas dalam konteks mencerdaskan dan membangun karakter kehidupan berbangsa dan bernegara melalui masyarakat Darwis. – Brigjen Pol. Crisnanda DL