HARIANTERBIT.CO – Rem blong menjadi statemen mudah, dalam menentukan penyebab kecelakaan yg terjadi di lokasi tanjakan atau turunan tajam berliku. singkat jelas dan tanpa pikir panjang menjadi pembenar atas suatu kejadian. Pertanyaanya adalah mengapa terjadi rem blong? Bukankah saat di pool oke oke saja dan tidak ada masalah ? Kembali lagi masalah uji kelaikan menjadi dasar dan menjadi alat tuding menuding lempar tanggung jawab saling menyalahkan.
Benarkah hanya masalah uji tipe? Atau kelalaian pengemudi? Atau pengusaha yg tdk memiliki kompetemsi berbisnis angkutan? Atau penyidikan sebatas pro justitia sudah mencukupi ?
Pertanyaan2 di atas memerlukan tindakan-2 yg terpadu sehingga tidak lagi berulang atau setidaknya mulai sadar bahwa kendaraan pèrlu dirawat dan dijaga kesehatanya. Termasuk juga pengemudinya. Pengusaha dan penggunapun menyadari bahwa pengabaian atas standar2 safety dan security akan menjadi petaka tatkala diabaikan dan akan terus berulang dari waktu ke waktu.
Kendaraan bermotor bisa kita analogikan sebagai tubuh manusia, yg harus dilakukan general check up dan memiliki medical record untuk menjaga kesehatanya. Bisa saja kw depan ada sistem asuransi model bpjs bagi kendaraan bermotor. Tatkala dioperasionalkan medical record dan general check up menjadi jaminan kesehatan kendaraanya.
Bengkel, seringkali menjadi bagian yang terabaikan atau dibiarkan semaunya tanpa standar kompetetensi. Bengkel yang merawat kendaraan ini bagai dokter atau rumah sakit yang juga ikut bertanggung jwab atas kesehatan kendaraan yg dirawatnya.
Pemilik atau pengusaha jga beetanggung jawab atas keselamatan pengguna dan pelangganya. Caranya menunjukkan sop bagi pengoperasionalanya dn kompetensi pengemudi serta jaminan asuransinya. Standar-2 bisnis transportasi sering diabaikan dan perijinan2 sering sebatas stempel atau malahan jadi lahan pemalakan.
Bagi pengemudi kendaraan besar secara hipotesis dapat dikatakan mantan kernet yg memiki ketrampilan mengemudi. Namun yg berkaitan dg safety dan security dapat dikatakan tidak pernah diperoleh dalam pendidikan. Tatkala menyatakan akan membangun safety driving centre sebagai wadah edukasi dan solusi uruaan birokrasi adminiatrasi lagi2 melilit rumit dg berbagai aturan yg kadang tidak rasional.
Bagi pengguna juga asal murah mudah sudah cukup. Klontongan body ok sip dipilihnya. Ketidakpahaman ini mjd penyesatan dan mjd petaka dan kedukaan. Asuransi yang belm bisa mengcover secara keutuhan pun menybabkan sebatas pembayar santunan belum berfungsi sebagai bagian investasi keselamatan.
Point-2 di atas tatkala terasa terabaikan maka akan berulang dan rem blong menjadi jawaban singkat jelas padat lempar tangan untk mengkambing hitamkan atas kejadian kecelakaan. – Brigjen Crisnanda Dwi Laksana