HARIANTERBIT.CO – Seni bukan milik sekelompok orang atau diperuntukkan secara ekslusif, melainkan milik publik. Orang-orang kebanyakkan sering mengatakan nggak nyambung atau tidak bisa memahami sesuatu karya atau alam dan sebagainya.
Boleh dikatakan sebagai gagal paham atau tidak memiliki imajinasi untuk menjabarkan atau mendekontruksi makna sesuatu. Hal-hal seperti inilah yang akan mengembang dan melabel bahwa seni itu sulit atau membatasi bahwa seni milik seniman atau elite-elite tertentu.
Memang benar seni merupakan sumber daya yang diperebutkan bahkan menjadi komuditi bisnis. Namun pada prinsipnya seni ini merupakan milik publik dan pada hakikatnya manusia ini melakukan aktivitas-aktivitas yang mengandung unsur seni.
Permasalahanya disadari atau tidak, dipahami atau tidak. Pertanyaanya mengapa sesuatu yang memiliki nilai-nilai seni justru dirusak baik sengaja maupun tanpa sengaja? Golongan pertama karena tidak tahu sehingga apa yang dilakukan di luar kemampuanya.
Golonga kedua karena memiliki pandangan berbeda yang membuat ekstrem terhadap sesuatu (sadar atau tidak apa yang menjadi keyakinanya telah membelenggu otaknya atau membutakan hatinya dengan satu pandangan tertentu saja).
Sehingga tatkala ditunggangi atau dibenturkan maka akan dengan mudah merusak, bahkan meluluhlantakannya dan memamerkan atas perilakunya tadi.
Seni kerakyatan merupakan kemampuan melihat merasakan bahkan mengapresiasi akan adanya seni di mana saja. Ini merupakan jalan untuk membuka mata hati keluar dari tempurung dan menyadari bahwa dunia tidak sedaun kelor.
Para pemimpin dalam ranah apa pun memiliki kewajiban menyadarkan dan berani membuka jendela hati rakyatnya untk melihat seni yang ada dalam dirinya bahkan lingkunganya.
Tatkala para pemimpin ini justru sebaliknya menghasut membutakan dan menjerumuskan maka tempurung bagi seni kerakyatan akan semakin terbelenggu. rakyatnya hanya akan berpandangan saling memusuhi, sulit menerima perbedaan, mau menang sendiri, merasa paling hebat, bahkan paling suci sekalipun akan dilakukanya. Seni kerakyatan ini bagian dari mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seni kerakyatan akan membuat cermin untuk mampu melihat inner beauty yang ada pada dirinya ataupun memberdayakan potensi-potensi yang ada. Para seniman atau pekerja-pekerja seni memiliki semangat dan ruang untuk berkarya. Warga masyarakat pun bisa menjadikan seni bagi keseimbangan atau penyeimbang bagi hidup dan kehidupanya.
Pemimpin bukanlah golongan yang menjajah rakyatnya, melainkan yang mampu menyadarkan agar rakyatnya meningkat kualitas hidupnya. Mampu menikmati indahnya pelangi alam lingkunganya bahkan dari keseharianya pun akan bisa menjadi ritual-ritual seni yang mampu mengasah hati untuk semakin manusiawinya hidup dan kehidupanya. (Brigjen Pol Crisnanda Dwi Laksana)