SENI ITU CATATAN KEHIDUPAN?

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Muhammad Toha dan kawan-kawan pelukis anak-2 di bawah asuhan pelukis Dullah melukis agresi militer Belanda di era revolusi. Apa yg digambarkan secara sederhana mnjadi catatan sejarah atas kondisi keamanan dan rasa aman yang tidak nyaman.

Ane Frank yang buku harianya sangat terkenal, menceriterakan apa yang dirasakan sebagai pelarian atas pendudukan tentara Nazi jerman ke Belanda. Habis gelap terbitlah terang, surat2 Kartini kepada keluarga abendanon atas tekanan tradisi yang membelenggu kaum wanita di jamannya.

Theodore Gerigault yang menggambarkan rakit medusa. Francisco de Goya melukiskan keluarga istana sampai dengan peristiwa Mei. Raden saleh melukiskan penangkapan Diponegoro, banjir, kebakaran hutan, sampai meletusnya gunungbmerapi.

S Soedjojono menggambarkan kondisi lahirnya angkatan 66. Hendra gunawan yg melukiskan pengantin revolusi. Pablo picaso menggambarkan guernica. Banyak lagi monumen2 sbg tanda atau simbol memorial.

Kondisi politik tanpa diperintah akan direcord oleh para seniman baik musik, lukis, sastra, drama, film hingga tari. Semua itu merekam sejarah yg diungkapkan dalam sebuah kata. Kondisi hati yang gundah gulanapun menjadi bagian dari refleksi seni.

Tatkala terjadi kerusakan sosial, atau ketimpangan sosial maka seni akan merajutnya kembali. Seni bagaikan sel yang hidup dalam merajut kemanusiaan, dalam berbagai perbedaan. Seni merajut kebinekaan. Kritik2 dalam karya seni tidaklah semata mata sebagai pelampiasan namun lebih pada pencatatan sejarah manusia.

Seni ini panjang dan abadi walau senimannya harus mati berhenti pada waktu-2 yang sudah menjadi takdirnya. Seni kembali memanusiakan manusia yang bisa melampaui batas kepentingan2 pendominasian dan penguasaan sumber daya. Seni bisa demikian karena ada ketulusan, kejujuran dan spirit kemanusiaan. Seni mengangkat harkat dan martabat manusia. – Brigjen Pol. Crisnanda Dwi Laksana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *