HARIANTERBIT.CO – Keluarga Cendana menggelar acara pengajian dan salawatan memperingati Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), selain itu untuk memperingati masa pemerintahan Presiden kedua Republik Indonesia (RI) Soeharto di era Orde Baru.
Putri mendiang HM Soehato, Siti Hediati Hariyadi mengatakan, pengajian ini untuk memperingati Supersemar sebagai awal pemerintahan Orde Baru. Pada Orba begitu banyak penghargaan diterima Indonesia misalnya dari FAO untuk swasembada pangan di Indonesia.
“Namun karena eskalasi situasi politik dan krisis moneter di Indonesia, akhirnya Presiden Soeharto menyatakan mundur,” kata Siti Hediati Hariyadi yang akrab disapa Titiek Soeharto ini di sela-sela pengajian peringatan Supersemar ke-51 bertempat di Masjid Agung At-Tien Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu (11/3) malam.
Lebih lanjut Titiek menceritakan saat-saat terakhir Soeharto akan mengundurkan diri, banyak anggota keluarga yang mempertanyakan keputusan tersebut, dan beliau memanggil kami saat sehari akan berhenti jadi presiden, anak-anak bertanya, ‘apakah bapak sudah yakin apa yang bapak putuskan?’ Beliau hanya berkata, sejarah akan membuktikan.
“Setelah 20 tahun reformasi, kondisi Indonesia tak kunjung membaik, sering mendengar orang mendambakan kepemimpinan Soeharto. 20 tahun reformasi tidak membuat negeri ini semakin baik, dan saya setuju Pak Joko Widodo mengatakan bahwa demokrasi kebablasan. Tidak ada lagi demokrasi yang didengungkan Pak Karno dan prinsip ekonomi Pak Harto, banyak yang bilang enak zaman Pak Harto aman dan gampang cari kerja, dan saya pikir ini mungkin yang dibilang bapak yang begitu banyak rakyat yang merindukan dan mendoakan Pak Harto,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Uno ikut menghadiri acara peringatan Supersemar. Keduanya menyebut ada pelajaran yang bisa diambil dari peringatan Supersemar itu.
“Pada malam hari ini kita zikir bersama. Saya katakan melalui peringatan ini Indonesia mempunyai pelajaran bersejarah, dan tugas kita adalah, kita bukan mengomentari masa lalu, tetapi untuk mengambil hikmah di masa lalu untuk antisipasi di masa depan,” kata Anies.
Melalui peringatan tersebut, Anies ingin dapat mempersatukan Jakarta. Ia juga memuji sosok Soeharto yang mampu membangun Indonesia. “Betapa pentingnya menjaga persatuan dan keutuhan dalam berbangsa melalui acara ini, kami yakin pemimpin memiliki zamannya seperti zaman memiliki pemimpinnya sendiri, dan Pak Harto adalah sosok yang dihargai karena pembangunannya. Setiap orang ada kekurangannya, bagian kita mengambil hikmah,” sambung Anies.
Perihal isu keluarga Cendana yang memberikan dukungan politik padanya. Anies menghargai setiap dukungan yang diberikan kepadanya. “Kami diundang dan Pak Djarot juga diundang hari ini. (Bu Titiek) hanya individu, bukan secara kelompok, karena memang bukan kelompok ya. Tapi kami menghargai setiap dukungan sebagai amanah yang harus dijalankan,” ungkap Anies. (*/dade/rel)