HARIANTERBIT.CO – Munculnya fenomena bisnis ekonomi kreatif Mi1 Global di Indonesia harus lebih dipahami.
“Berulang kali saya mengatakannya, namun tidak mudah untuk memahamkannya, karena sebagian besar pelaku bisnis jaringan di Indonesia sudah sering menjadi korban dari penipuan yang mengatasnamakan bisnis investasi. Itulah bisnis bodong yang juga sering dikatakan olegal oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan),” ungkap Robert Riovanni Managing Director Mi1 Global yang akrab dipanggil Coach Rio.
Dalam 30 menit Coach Rio memahamkan kepada semua awak media cetak maupun elektronik yang hadir dalam acara konferensi pers bertempat di Kantor Mi1 Global Green Lake Sunter, Jakarta.
Seperti halnya dalam membeli rokok batangan atau ketengan maka dipastikan setiap orang biasanya lebih memilih membeli satu bungkus langsung daripada eceran dikarenakan harganya jauh lebih murah bahkan bisa selisih hingga Rp10.000 apalagi jika membelinya satu kotak besar atau sloft maka dipastikan harganya akan jauh lebih murah, lalu kemudian jika membelinya satu bal atau satu kontainer selisihnya menjadi sangat besar.
Demikianlah sesungguhnya aktivitas bisnis di Mi1 ini, benar-benar jual-beli seperti pada umumnya atau dengan kata lain murni dagang biasa. Bukankah pulsa telepon dan token listrik merupakan kebutuhan primer jutaan manusia saat ini di Indonesia? Sehingga tidak mungkin tidak laku untuk dijual kembali untuk perputaran produknya.
Dalam kesempatan lain di Kota Balikpapan pada acara inhouse training dan sosialisasi serta edukasi bisnis ekonomi kreatif Mi1, Coach Rio kembali menegaskan bahwa pemilihan pulsa atau token listrik manjadi produk utama di Mi1 (jargon dagangnya) adalah karena kedua produk tersebut tidak memiliki umur kedaluwarsa, tidak membutuhkan warehouse sebagai gudang penyimpanan produknya, juga tidak memiliki urusan logistik dalam persolan pengiriman barangnya atau dengan kata lain juga bisnis Mi1 menjadi begitu efisien dan efektif.
Akan berbeda situasinya jika produk tersebut diganti dengan produk-produk fisik seperti misalnya makanan dan minuman, suplemen kesehatan, produk kecantikan wajah, fesyen, alat rumah tangga dan perhiasan.
Intinya kami puas dan tidak pernah Mi1 gagal dalam membayar seluruh hak-hak kami, makanya kami heran jika ada yang mengatakan jika Mi1 Global bermasalah dalam soal pembayaran komisinya. Bisnis kami bukan mengandalkan perekrutan orang baru untuk menghasilkan keuntungan perusahaannya. Dan bisnis kami bukanlah program memutarkan uang/menggandakan seperti halnya arisan berantai.
Jika Mi1 Global lebih cenderung ke arah member get member atau jejaring bisnis maka Trinity Mione yang digawangi oleh Fero Walandouw lebih ke arah memberikan solusi bagi para membernya. Dapat dilihat dari kerja sama yang dilakukan dengan IM2 & IM3 Indosat bahkan kelak dengan Google yang mana saat ini Mi1 mendistribusikan Google (Chromecast-Chromebook).
Pada Kamis 26 Januari 2017 akan ada penandatanganan MoU untuk berbagai project termasuk MIGO Station dilanjutkan e-commerce Mi1 mall.com & Travero.co.id yang kelak akan manjadi portal belanja lima besar di Indonesia.
Jika menggunakan analisa SWOT maka kami semua siap menghadapi berbagai macam tantangan dari luar dan dalam Mi1. “Setelah tanggal 11 Januari 2017 kemarin kami dihebohkan dengan adanya panggilan, maka Selasa ini pun (24 Januari 2017) kami siap jika akan mengalami kehebohan serupa. Lah wong kami jelas perusahaan legal kok, dan taat dalam membayar pajak setiap bulannya. Yang paling penting modus operandi kami bukan seperti yang digembar-gemborkan oleh banyak pihak,” ujar Coach Rio meyakinkan dengan mantap.
Masih mungkin saja, kata Coach Rio, ini ulah para pesaing bisnis kami yaitu para kompetitor yang tidak suka dengan kehadiran Mi1 di Indonesia. Tapi kami tidak mau ambil pusing tetap maju dan terus memajukan wirausaha digital di Bumi Pertiwi ini.
Sementara Fero Walandouw selaku dirut Trinity Mione Solution yang bergerak di bidang e-commerce dengan nama Travero. Dalam hal ini, Travero merupakan anak perusahaan dari PT Mi1 Global Indonesia yang merupakan induknya, bukankah pohon makin tinggi makin kencang pula anginnya. “Kami adalah cikal-bakal masyarakat nontunai (cashless society) dan lembaga perbankan tanpa bank (branchless banking). Kami adalah masyarakat digital di negeri virtual yang kelak mata uangnya adalah digital money. Inilah ‘Republik Digital’ Mi1,” imbuh Fero Walandouw. (*/dade)