Deputi BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Eniya Listiani Dew (tengah)i, saat acara Focus Group Discussion (FGD) 'Sinergi dan Sinkronisasi Program Kegiatan Integrasi Sapi Sawit dalam Mendukung Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong Nasional', di Gedung II BPPT Jakarta, Rabu (14/12).

BPPT KEMBANGKAN TEKNOLOGI PETERNAKAN MELALUI MODEL INTEGRASI SAWIT SAPI

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Pusat Teknologi Produksi Pertanian melakukan pengembangan dan difusi teknologi peternakan melalui model integrasi sawit sapi.

Model integrasi sawit sapi yang dikembangkan BPPT antara lain berada di tengah perkebunan kelapa sawit terletak di Desa Beringin Makmur, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

“Di lokasi tersebut diaplikasikan teknologi pakan ternak sapi berbasis limbah sawit, teknologi pakan suplemen spesifik lokasi, teknologi kesehatan hewan, teknologi reproduksi dan teknologi penggembalaan terkontrol. Selain itu BPPT melakukan kajian untuk membuktikan secara ilmiah isu dampak negatif integrasi sapi sawit terhadap pemadatan tanah dan penyebaran penyakit ganoderma pada kelapa sawit,” kata Deputi BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Eniya Listiani Dewi, saat acara Focus Group Discussion (FGD) ‘Sinergi dan Sinkronisasi Program Kegiatan Integrasi Sapi Sawit dalam Mendukung Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong Nasional’, di Gedung II BPPT Jakarta, Rabu (14/12).

Deputi BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Eniya Listiani Dew (tengah)i, saat acara Focus Group Discussion (FGD) 'Sinergi dan Sinkronisasi Program Kegiatan Integrasi Sapi Sawit dalam Mendukung Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong Nasional', di Gedung II BPPT Jakarta, Rabu (14/12).
Deputi BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Eniya Listiani Dew (tengah)i, saat acara Focus Group Discussion (FGD) ‘Sinergi dan Sinkronisasi Program Kegiatan Integrasi Sapi Sawit dalam Mendukung Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong Nasional’, di Gedung II BPPT Jakarta, Rabu (14/12).

Menurut Eniya, model integrasi sapi sawit yang dikembangkan diharapkan akan mendukung program peningkatan populasi dan produktivitas ternak sapi melalui replikasi di wilayah ini.

Sebagai ilustrasi, apabila satu kelompok ternak mempunyai 100 ekor ternak sapi betina, kemudian model ini direplikasi pada 100 kelompok di lokasi lain maka apabila terjadi kelahiran sebesar 50 persen pertahun maka akan dihasilkan 5.000 ekor sapi pertahun di wilayah tersebut.

Eniya menuturkan, dengan dukungan bahan baku pakan yang berlimpah dari limbah kebun dan industri sawit sehingga akan terwujud usaha peternakan yang mandiri, berkelanjutan dan kompotitif. Sebagai lembaga pemerintah yang bergerak di bidang riset dan teknologi, BPPT memiliki misi untuk menjadi pusat unggulan teknologi yang mengutamakan inovasi dan layanan teknologi melalui kemitraaan.

“Guna mewujudkan akselerasi model integrasi sapi dan industri sawit perlu sinergi kemitraan antara akademisi, pemerintah, industri kelapa sawit dan komunitas peternakan sehingga akan terwujud kemandirian pangan melalui pemenuhan kebutuhan protein hewan asal ternak,” ujarnya.

Kebutuhan ternak sapi untuk memenuhi permintaan daging sapi di Indonesia mencapai 3,66 juta ekor/tahun. Pada tahun 2016 konsumsi daging di Indonesia sebesar 651.424 ton sedangkan produksi daging sapi lokal baru sebesar 441.763 ton atau sekitar 67,81 persen (Gapuspindo, 2016). “Artinya masih terdapat kekurangan sehingga Indonesia harus impor dari luar negeri,” ungkap Eniya.

Guna mengurangi impor ternak sapi tersebut, perlu dilakukan upaya peningkatan produksi daging sapi lokal melalui peningkatan populasi dan produktivitas ternak. Dalam upaya penambahan populasi sapi di Indonesia pada tahun 2017 pemerintah menargetkan 3,2 juta ekor betina bunting. “Target ini harus kita dukung bersama supaya kepentingan menyejahterakan rakyat sebagai tujuan bersama bisa dilaksanakan,” imbuh Eniya. (*/dade)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *