HARIANTERBIT.CO – Jangkrik memiliki keunikan tersendiri, sering menjadi analogi umpatan, bahkan sebagai kamuflase kesalahan. Jangkrik Bos, menjadi populer ketika menjadi bagian dara film warkop milenium. “Jangkrik Bos “, sebaga tanda pengingat bos untuk memberi atau mau nyiprati untuk UTM (uang tutup mulut).
Jangkrik berkaki enam, tergolong binatang yang gesit, reaktif dan sulit untuk ditangkap dan dikendalikan. Jangankan akan diserang, ada sesuatu yg dianggap membahayakan ia akan segera melompat ke kanan ke kiri, atau ke depan ke belakang.
Lentinganya sangat Lincah dan dinamis. Tatkala kaki jangkrik di ambil dua(dipotong dua), diteriaki jalan, ia akan berjalan dg gesitnya. Oh jangkrik ini msh lincah walau hanya dg 4 kaki. Kemudian kakinya dipotong 2 lagi dan diteriaki : ” jalan”, ia mash mampu bergerak, walau tidak selincah sebelumnya.
Dipotong kakinya satu lagi dan diteriaki : ” jalan” si jangkrik diam saja. Jalan, jalan ,jalan ….!!!! Perintah yg berkali kali dan bertubi tubi tetap tdk membuatnya berjalan. Si peneriak kelelahan dan menyimpulkan bahwa si jangkrik ini ” Budeg ” krn tdk mampu lagi mendengar.
Para dalang tatkala para penabuhnya dipinggirkan, kotak wayangnya disembunyikan, pesindenya dikunci di kamar, maka si dalang hanya tolah toleh tidak mampu berbuat apa-2.
Bagaimana akan menjadi dalang kalau tanpa wayang. Tanpa pesinden, tanpa penabuh. Cukupkan ia hanya ada panggung dan penonton, tentu tidak akan mampu berbuat apa2. Ia bukan lagi dalang, ia mungkin seperti jangkrik Budeg. Can not doing anything.
Sang dalang bisa saja mengatakan saya punya panggung, saya punya penonton. Akan kah panggung menjadi meriah, akan adakah tepuk tangan dr para penonton? Tak akan ada dalang tanpa wayang, tanpa pesinden, tanpa penabuh.
Ia akan dilabel dalang bisu, ia tak mampu menceriterakan sesuatu. Penonton tatlaka bosan menunggu aksi sang dalang, yg diam saja, tanpa berpikir panjang mereka menyimpulkan bahwa si dalang bisu. Penulis Chryshnanda DL. Kabidbin Gakkum Korlantas Polri