HARIANTERBIT.CO – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Yanuarso menjelaskan, dampak dari vaksin palsu baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek tidak akan mempengaruhi tumbuh-kembang anak. Orang tua yang anaknya menjadi korban vaksin palsu tidak perlu khawatir, karena isi vaksin palsu bukan racun.
“Berdasarkan analisis tim IDAI, isi vaksin palsu ini tidak membahayakan tubuh anak baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” terang Piprim usai Rapat Kerja (Rakor) Tingkat Menteri mengenai ‘Penanganan Dampak Vaksin Palsu’ di Ruang Rapat Menteri Koordinator, Gedung Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Jakarta, Selasa (27/7).
Piprim mengatakan, berdasarkan rilis BPOM, vaksin palsu ini ada yang isinya vaksin Hepatitis B yang dilabeli vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT). Ada juga vaksin DPT yang diencerkan, ada juga vaksin palsu yang isinya cairan NaCL atau cairan infus.
Menurut Piprim, vaksin palsu ini bahayanya karena anak yang seharusnya terlindungi dari bahaya penyakit seperti TBC jadi tidak terlindungi. Sebab vaksin yang disuntikkan tak bisa mencegah TBC, karena yang diberikan hanya vaksin palsu.
“Jadi kami analisis dari hasil temuan BPOM dan dari sekian temuan jumlah isi vaksin palsu itu ternyata memang tidak membahayakan, baik dari sisi jangka pendek maupun jangka panjang,” sebut Piprim.
Memang kasus ini sangat membuat orang tua khawatir. Namun untuk membuktikan apakah sang anak terdampak vaksin palsu dapat dilihat melalui pemantauan tumbuh-kembang sang anak.
“Untuk pembuktiannya harus terbalik, jangan diposisikan semua yang terkena vaksin palsu itu sakit, tapi yang perlu dilakukan perlu melihat tumbuh-kembang anak untuk memastikan kesehatan anak bekerja dengan baik. Memang dalam kasus ini pemeriksaan yang lebih saksama diperlukan, namun dalam analisis IDAI, pemberian vaksin itu tidak membahayakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” jelas Piprim. (*)