KISAH ADAM DAN HAWA ke- 18

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Kita mestinya tidak pergi ke luar. Jika kita diam-diam meloloskan diri, akibatnya akan lebih berat jika kita tertangkap. Kita akan dihukum dalam kurungan kecil di mana kita tak bisa berdiri atau duduk, dan dilarang berbicara kepada siapa pun.

Sama halnya, mereka yang berusaha mendapatkan pembebasan dengan cara sendiri akan menghadapi akhir yang bahkan lebih tragis. Mereka akan menjadi lebih aneh daripada sebelumnya.

Awalnya, mereka masih dapat memahami sesuatu. Setelah mereka bermeditasi sendiri, mereka melakukan segala macam mudra tangan dan kaki dan bicara tak masuk akal. Pikiran mereka menjadi kacau dan mengamuk.

Seperti para tahanan, jika kita melarikan diri dan tertangkap polisi, kita akan diperlakukan lebih keras daripada tahanan biasa. Kita akan dirantai, dikurung dalam tempat kecil. Tak ada cahaya – sangat gelap.

Penjahat kelas berat dipenjara di sana, dan mereka tidak diperkenankan bicara dengan siapa pun. Situasinya lebih buruk daripada sebelum mereka melarikan diri. Orang yang diinisiasi adalah mereka yang tulus ingin keluar.

Jika kalian tidak benar-benar tulus, kalian menipu para Buddha, selanjutnya kalian akan dilempar ke dalam dan dikurung lagi. Para makhluk tercerahkan tidak rugi apa pun, kitalah yang harus menanggung akibatnya.

Meditasi selama dua jam setengah setiap hari adalah untuk mengingatkan diri kita, dan untuk membuat Tuhan tahu bahwa kita sangat tulus, bahwa kita bertekad untuk pergi ke luar.

Tuhan menguji kita untuk melihat apakah kita selalu ingat atau tidak. Kita baru berkata sekali: “Aku ingin pergi ke luar!” Satu pernyataan bukanlah apa-apa. Selain itu, tak ada bukti.

Itu tidak cukup! Karena itu, kita harus mengulanginya setiap hari. Karena kita dulu sangat buruk, Tuhan ingin memastikan bahwa kita benar-benar tulus kali ini. Selama dua jam setengah setiap hari, kita harus melafalkan: “Aku ingin pergi ke luar. Aku ingin pergi ke luar.

Aku sungguh ingin pergi ke luar. Aku bertekad untuk pergi ke luar!” Itu sama halnya saat kita ingin menikahi seseorang. Tidaklah cukup hanya berkata:

“Dokter Polan, aku ingin menikahimu!” Kita harus menunjukkannya dengan tindakan kita, memberikan hadiah-hadiah, dan memadahkan setiap hari: “Aku sungguh ingin menikahimu. Aku dengan pasti ingin menikahimu.”

Selanjutnya, kita harus menyiapkan upacara pernikahan untuk menunjukkan ketulusan kita. Kita harus berupaya ke arah itu, langkah demi langkah. Sama halnya, kita harus bermeditasi dua jam setengah setiap hari dan terus-menerus memadahkan sampai kita “menikah” dengan Tuhan.
Sumber:
http://www.godsdirectcontact.org.tw/eng/news/81/i-1.htm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *