KISAH ADAM DAN HAWA ke- 14

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Karena tak memiliki guru, mereka belajar dari angin, hujan, guntur yang menakutkan, matahari, dan fenomena panas dan dingin yang ekstrem. Mereka belajar segala sesuatu dari alam. Mereka juga belajar dari hewan, cara melindungi diri mereka.

Kadang mereka tidak benar-benar marah, tapi ketika macan datang meraung, mereka juga meraung. Mereka meniru macan dengan baik sehingga mereka mulai terlihat seperti macan.

Mereka tidak benar-benar ganas di dalam hati mereka, tapi kadang Adam akan lupa dan bahkan meraung kepada istrinya. Istrinya juga meraung balik kepadanya. Jadi, keduanya bertindak dengan cara yang sama. Bahasa manusia dimulai dari sana, yang merupakan himpunan suara hewan.

Kita seharusnya tidak menyalahkan diri kita; kita seharusnya menyalahkan Tuhan karena memberi kita hukuman yang sangat berat. Bagaimanapun juga, Tuhan tidak sabar pada mulanya. Dia memiliki kesabaran yang paling besar, tapi Dia juga paling tidak sabar.

Dia adalah yang paling murah hati, tapi juga paling acuh tak acuh. Dia memiliki dua wajah. Dia adalah yang paling “Yin” dan yang paling “Yang”; yang paling lembut dan yang paling kuat. Inilah yang membuat Dia sangat menarik.

Sama halnya di dunia kita. Jika hanya ada sinar matahari setiap hari,
kita tak tahan, dan tanaman takkan tumbuh. Kita memerlukan hujan. Namun, jika hujan turun terus-menerus, itu sangat tak nyaman bagi kita yang tinggal di dalam tenda.

Jadi, keduanya adalah penting. Namun, meski kita menyadari hukum keseimbangan Yin-Yang, kita tetap tak tahan jika pengaruhnya mengenai kita. Kia tahu ada hari yang berhujan dan hari yang cerah; ada musim dingin dan musim panas.

Namun, kita sering mengeluh tentang cuaca musim panas yang panas, lengket, dan lembab. Jika hujan turun, meski kita tahu itu penting bagi pertanian, kita tetap tidak tahan.

Khususnya jika kita sedang mengadakan retret atau pertemuan satu atau tujuh hari. Semua orang basah kuyup, cangkir baja penuh air hujan dan tak dapat digunakan untuk minum teh Oolong. (Gelak tawa)

Hal yang sama berlaku jika kita mengalami cobaan dalam olah rohani kita. Guru telah memberitahu kita 108 kali bahwa seharusnya akan ada cobaan, dan bahwa kita mesti mempertahankan pikiran yang seimbang, melihat hal-hal baik dan buruk sebagai hal yang sama, dan memandang pujian dan cercaan secara sama.

Namun, saat kita sedang dimarahi, kita masih bermuka masam, merasa terluka, dan menunjukkan semua sikap protes kita. Satu di sini dan satu di sana, dengan banyak tanda-tanda kecil. Kita menunjukkan protes dengan semua tangan dan kaki kita – terhadap orang yang tidak kita ketahui, bahkan ketika tak ada orang yang melihat kita.(bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *