DIMANA KITA BERADA CIPTAKAN KAMPUNG SPIRITUAL – bag-enam

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Menjadi biarawan dan biarawati adalah hal yang umum, jadi mereka bergabung dan mencukur kepala mereka, itu saja. (Guru tertawa.) Mereka menempel ke saya, jadi apa yang harus saya lakukan? Pada waktu itu, saya masih baru, saya pikir semua orang sama seperti saya.

Oke saja jika mereka ingin menjadi biarawati, oke saja dengan saya, tak masalah, kenapa tidak? Tapi belakangan, itu menjadi sedikit lebih ruwet. Beberapa dari mereka datang tanpa izin orangtua atau seperti itu, dan kemudian kami mendapat masalah.

Jadi, setelah beberapa waktu, kami bilang, “Hanya jika ada izin dari orangtua maka kalian bisa datang. Seiring dengan perkembangan kondisi, jika kalian menghadapi lebih banyak masalah, maka kalian harus mencari solusinya; jika tidak, kami tidak peduli. Saya tidak peduli.

Kemudian kami menyewa sebuah rumah. Pada waktu itu, kami punya banyak sekali orang sehingga tak bisa tinggal dalam satu kamar di rumah seorang murid lagi, maka kami menyewa sebuah ruangan kecil.

Kemudian kami membuat kerajinan tangan atau sesuatu bersama-sama untuk membayar uang sewa dan menunjang hidup kami. Itulah saat-saat awal. Kemudian mereka menjual rumah itu, jadi kami menjadi tunawisma. (Guru tertawa.)

Kami meninggalkan rumah lagi! Kami pergi berkeliling, kami berkemah di dekat sungai, lalu kami membeli beberapa tenda. Pada waktu itu, kami bahkan tidak memperoleh begitu banyak uang, kami tidak memikirkan uang.

Hanya saja seiring perkembangan kondisi, karena semakin banyak orang datang maka saya harus menghasilkan lebih banyak uang untuk membayar sewa dan hal-hal seperti itu. Saya tidak menerima sumbangan untuk keperluan pribadi, bahkan sudah sejak dari awal.

Jadi, semakin banyak orang, maka kami harus mengatur dan bekerja lebih banyak. Kemudian kami membeli tenda-tenda. Pada waktu itu, satu tenda untuk empat orang.

Sekarang kami lebih kaya, satu tenda satu orang; bahkan satu orang dua tenda! (Guru dan hadirin tertawa.) Itu belakangan, pada tahun-tahun selanjutnya, ketika kami sudah lebih berkembang.

Semakin banyak orang bergabung dengan saya, maka kami harus membeli lebih banyak tenda. Pada mulanya, kami tidak punya banyak uang, dan kami tidak menerima sumbangan, bahkan tenda, jadi kami membeli satu tenda untuk empat orang; ada orang yang jangkung, ada yang pendek.

Ketika dia tidur, jari kakinya terjulur ke luar dan nyamuk-nyamuk mengunjunginya setiap waktu (Guru dan hadirin tertawa), jari kaki yang sama.

Belakangan, saya bilang, “Oke, tak apa. Jika kita punya lebih banyak
uang, kita akan membeli beberapa tenda lagi.” Jadi, orang-orang yang jangkung dapat tidur sejajar dari sudut ke sudut. Untuk keperluan tidur, orang-orang yang jangkung berkumpul bersama.(bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *