DIMANA KITA BERADA CIPTAKAN KAMPUNG SPIRITUAL – bag- kedua

Posted on

POSKOTA.CO – Tuhan dapat membuat apa pun terjadi. Dia membuat seluruh dunia ini, seluruh alam semesta ini, bisakah kalian bayangkan? Lihatlah sekeliling kalian. Berapa banyak mukjizat di depan kalian? Ini adalah mukjizat. Bisakah kalian menciptakan satu yang seperti itu? Tidak.

Bisakah kalian menciptakan partikel apa pun dari tubuh kalian sebagaimana adanya? Setiap orang sangat unik meski kita semua memiliki satu hidung di tengah, mata di kedua sisi, serta dua telinga; tapi kita tidak terlihat sama.

Bagaimana bisa demikian? Miliaran orang, jarang sekali ada orang yang terlihat sama kecuali kembar atau duplikat. Ini adalah kasus langka. Namun demikian, beberapa hal adalah berbeda – sidik jari, rambut, warna mata, pemikiran, gaya hidup, cita-cita.

Selalu ada sesuatu yang berbeda. Jadi, jika kita meminta mukjizat, saya pikir itu adalah subjek yang membosankan. Mukjizat terjadi di sekeliling kita setiap hari, setiap detik, setiap menit. Lihatlah tubuh kalian dan lihatlah seluruh mukjizat dari kepala hingga ujung kaki.

Jadi, kalian lihat, gagasan tentang memiliki sebuah kampung bersama,
saya pikir itu mungkin saja; tapi kita mungkin menghabiskan terlalu
banyak energi untuk memperjuangkannya.

Mungkin sebaiknya kita tinggal di rumah dan menggunakan energi itu untuk mengembangkan diri kita, pergi ke meditasi kelompok, dan berbaur dengan dunia. Karena itu juga suatu cara agar kita dapat membawa pesan itu ke dalam dunia.

TINGGAL BERSAMA

Seandainya kita tinggal bersama hanya di satu tempat, mungkin itu akan baik bagi kita, sepertinya itu akan membantu kita, karena kita takkan mengalami terlalu banyak godaan, kita takkan mengalami terlalu banyak pengaruh negatif.

Sampai sekarang kita telah mencoba berkali-kali, misalnya yang pertama, Taiwan – kelompok spiritual memiliki jangka hidup puluhan tahun. Yah, itu umur yang panjang, bagi saya, bagi seorang muda, aspiran baru, tak berpengalaman, naif, bodoh, yang percaya bahwa dunia akan berpikir seperti kalian, itulah yang dulu saya lakukan.

Karena saya sangat percaya kepada diri saya, saya sangat yakin bahwa apa pun yang saya katakan, orang pasti mempercayai saya karena itu adalah hal yang
sebenarnya. (Guru tertawa.) Bertahun-tahun kemudian, saya mendapati
bahwa segalanya berbeda; tapi tidak apa, oke saja.

Kemudian kita mencoba lagi di Kamboja juga. Sesungguhnya, kita pergi ke sana untuk membantu orang-orang, tapi kemudian banyak orang suka tinggal di sana, dan bekerja bersama. Mereka berpikir bahwa mungkin mereka bisa melakukan keduanya, bekerja di sana membantu orang-orang dan juga sekaligus tinggal di sana bersama dan bermeditasi. Tapi kalian lihat, tidak sesederhana itu.

Bagaimanapun juga, kita mestinya menciptakan kampung spiritual di manapun kita tinggal, saya pikir itu gagasannya. Kita harus menarik lebih banyak. (Tepuk tangan) Ahh! Sudah saatnya kalian memberi saya dorongan semangat. (Tepuk tangan) Tidak! Okelah! Cukup, cukup! Ego saya akan muncul. (Gelak tawa) Maksud saya adalah, gagasannya adalah untuk membawa surga ke dalam rumah, sehingga setiap rumah merupakan alam Buddha, setiap rumah merupakan surga. Itu sulit, saya tahu, tapi ini dapat dilakukan.

Ya, jika tidak, juga sangat menyenangkan tinggal bersama-sama, demi
kepentingan kita, itu sangat indah. Tapi, bagaimana dengan keluarga
kalian, teman-teman kalian, kolega kalian, bos kalian, pekerjaan kalian; mereka memerlukan kalian.

Mereka memerlukan energi spiritual kalian juga, mereka memerlukan kehadiran kalian yang penuh kasih untuk lebih memahami tentang Tuhan dalam diri mereka. Jika kalian membawa Tuhan itu kepada saya, kepada para inisiat kita dan tinggal bersama, semua Tuhan duduk di sini, Tuhan nomor satu, Tuhan nomor dua, Tuhan nomor tiga, (Guru tertawa), bagaimana dengan masyarakat? Ya, mereka memerlukan kita.

Meski mereka tidak tahu bahwa mereka memerlukan kita, itu juga tidak
apa. Kita tidak butuh penghargaan. Tapi, seiring kita berlatih, kita
tahu mereka memerlukan kita. Jika dunia tidak memiliki cahaya sama
sekali, ia akan menjadi gelap.

Lebih baik satu cahaya di sini dan satu cahaya di sana daripada tanpa cahaya. Lebih baik cahaya redup daripada tanpa cahaya. Jadi, kita harus menerangi sekeliling kita, membuat kampung spiritual dengan pusatnya adalah diri kita.

Kita memancarkan energi penuh kasih, kita membuat teladan cemerlang, kita membuat semacam surga bagi orang-orang untuk berlindung di manapun kita tinggal, kita harus menciptakan surga, dan itulah kampung spiritual kita.

Jadi, kita mestinya tidak memiliki satu kampung spiritual yang erkonsentrasi di satu tempat di planet ini, tapi kita memilikinya di mana-mana.

KITA PUNYA

Sekarang kalian lihat, kita juga punya Belgia, Hongaria, Austria, Cekoslowakia, Meksiko, Panama, Paraguay, Cile, Kosta Rika, Jerman, Afrika Selatan, Portugal, Korea, Tiongkok, Malaysia, Kamboja, Kanada, di mana saja. Indonesia, kalian lihat itu, Thailand, Hong Kong. Kita sangat kaya, itu lebih baik. (Tepuk tangan)

Kita telah mencoba, kita telah mencoba alternatifnya. Jadi, kita juga
tahu seperti apa tinggal bersama di satu tempat dan bekerja
bersama-sama; itu juga oke.

Saya masih memiliki kelompok saya, staf kerja saya. Mereka bekerja, menyebar ke mana-mana, berbagai tempat, tapi tetap bersama. Ini cukup. Cukup satu kelompok untuk bekerja, dan kelompok lain memiliki pekerjaan lain.

Kalian harus menjadi pusat cahaya dalam masyarakat di mana kalian tinggal, di mana kalian bekerja, di mana kalian memiliki akar kalian. Kalian harus mengembangkan dari sana, kalian harus bercabang ke mana-mana seperti sebuah pohon yang besar, besar, besar sehingga orang-orang akan berlindung.
(bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *