MARAH ITU MILIK SIAPA

Posted on

HARIANTERBIT.CO – seorang wanita bertanya tentang bagaimana mengatasi kemarahan. Saya bilang kepadanya kalau lain kali dia marah, agar dia memasang jam alarm dan meletakkannya di hadapannya. Lalu memberikan waktu dua jam kepada dirinya sendiri agar amarahnya bisa pergi.

Jika amarah itu memang benar-benar miliknya, dia mungkin dapat menyuruhnya pergi dengan: Dalam waktu dua jam, enyahlah! Tetapi ia tidaklah benar-benar milik kita yang bisa kita perintah. Kadang-kadang dalam waktu dua jam, ia tetap tidak pergi, pada saat yang lain dalam waktu satu jam saja, ia telah pergi.

Menganggap kemarahan sebagai suatu milik pribadi akan menyebabkan penderitaan. Jika ia benar-benar milik kita, ia tentu akan mematuhi perintah kita. Jika ia tak mematuhi kita, itu berarti ia hanyalah sebuah tipuan.

Jangan terjerumus olehnya. Apakah pikiran senang atau sedih, jangan terjerumus olehnya. Apakah pikiran mencintai atau membenci, jangan terjerumus olehnya, semuanya adalah tipuan.

Adakah di antara kalian yang pernah marah? Ketika kalian marah, apakah terasa menyenangkan atau tidak? Jika ia tidak menyenangkan, lalu mengapa kalian tidak membuang jauh-jauh perasaan tersebut, mengapa harus repot-repot menyimpannya?

Bagaimana kalian bisa mengatakan bahwa kalian bijaksana dan pintar, bila kalian berpegang pada hal-hal seperti ini ? Sejak kalian dilahirkan, sudah berapa kali pikiran memperdaya kalian ke dalam kemarahan? Ada saat-saat di mana pikiran bahkan bisa mengakibatkan seluruh keluarga bertengkar, atau menyebabkan kalian menangis sepanjang malam.

Namun, kita terus menerus marah, kita tetap memegang segala sesuatunya dan menderita. Jika kalian tidak melihat penderitaan, kalian akan terus menerus menyimpan penderitaan, tanpa ada kesempatan untuk mundur. Dunia samsara adalah seperti ini. Jika kita tahu sifat sejatinya, maka kita bisa menyelesaikan persoalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *