HARIANTERBIT.CO – Bakal calon presiden Prabowo Subianto telah mendapat dukungan partai politik pengusung yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM). Parpol ini terdiri dari Gerindra, Golkar, PAN, PBB, PSI, Gelora dan terbaru telah bergabung Partai Demokrat beberapa hari yang lalu.
Saat ini Prabowo Subianto terus menggodok nama bakal cawapresnya. Ada tiga nama potensial yang banyak disebut, Airlangga Hartarto usulan Golkar, Erick Thohir usulan PAN, dan Yusril Ihza Mahendra usulan PBB. Di luar itu, ada isu Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo yang kini menjabat wali kota Solo. Ada juga beberapa nama di luar nama tersebut, antara lain Yenny Wahid, putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid.
Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, dari nama-nama tersebut semua potensial mendampingi Prabowo. Termasuk nama Yusril Ihza Mahendra. “Prabowo-Yusril itu bagus, akan sangat membantu Pak Prabowo dari sisi hukum ketatanegaraan,” kata Pangi, Rabu (20/9/2023), dalam keterangan tertulis yang diterima HARIANTERBIT.CO.
Yusril adalah politisi sekaligus ahli hukum tata negara dan punya pengalaman panjang di pemerintahan.
Sementara itu, pengamat Politik Muhammad Al-Fatih sejalan dengan Pangi. Jika pasangan Prabowo-Yusril terpilih akan sangat membantu Prabowo termasuk dalam melanjutkan program yang telah dirintis oleh Presiden Jokowi untuk menjaga kesinambungan dan kelanjutan pembangunan nasional.
Mengingat besarnya dukungan parpol, maka sebaiknya Prabowo melakukan kalkulasi politik yang jeli dan pas betul plus minus dari calon wakil presiden yang akan dipilihnya, untuk menghindari gesekan antara parpol pengusung maupun pendukung, sehingga tidak ada partai yang merajuk utamanya pasca penentuan calon wakil presiden pilihannya.
Mengingat, kepemimpinan nasional dalam masa jabatan lima tahun ke depan, dengan tantangan krisis dan tatanan global yang terus berubah dengan cepat, maka yang dibutuhkan Prabowo adalah cawapres yang bukan saja mampu mendongkrak elektabilitas, tetapi juga mampu membantu Prabowo dalam mengakselerasi tantangan baik regional ataupun global, tentu tidak menabrak kepentingan nasional. “Saya menyarankan agar Prabowo memilih cawapres dariĀ parpol non parlemen yang bisa menjadi ‘alternatif’ yang bisa diterima, baik oleh Gerindra sendiri maupun Golkar, PAN, Demokrat, Gelora dan PSI. Bacawapres alternatf itu adalah Ketua Umum PBB Prof Yusril Ihza Mahendra,” kata Al Fatih.
Apalagi Yusril pernah bicara dalam suatu podcast, bahwa apabila terpilih jadi wapres, kemungkinan besar dirinya akan mundur dari ketua umum PBB dan sepenuhnya mem-backup Prabowo sebagai presiden. Dia ingin berdiri di atas semua golongan. (*/rel/dade)