PMKRI JAKPUS: SITUASI PENUH GEJOLAK DAN KONFLIK BISA TIMBULKAN DISINTEGRASI BANGSA

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Jakarta Pusat (Jakpus) Ignatius Pati Ola mengatakan, kami menyadari betul akan situasi bangsa saat ini penuh dengan gelolak dan konflik yang mampu melahirkan disintegrasi bangsa. Konflik antarsuku, agama, dan etnis harus kita lawan dengan tanpa kecuali.

“Maka dari itu, tentu kita harus mampu memberikan edukasi yang baik tentang kebhinekaan kita ke seluruh masyarakat Indonesia,” kata Ignatius, pada acara “Seminar Nasional: Indonesia dalam Tantangan Radikalisme dan Disintegrasi Bangsa”, di Margasiswa 1, Jakarta Pusat, Kamis (5/9/2019).

Sementara itu, Prof Franz Magnis Suseno SJ mengungkapkan, perlu adanya rasa kebangsaan yang lebih dalam menghidupi diri sendiri dan negara. 50 persen warga Indonesia harus merasa memiliki Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini sebagai NKRI mereka, jangan ada diskriminasi di antara sesama masyarakat Indonesia.

“Radikalisme adalah sifat yang sangat ekslusif, perlu untuk dicerna secara baik. Kita perlu menghindari konflik yang mampu memecahbelahkan persatuan dan kesatuan bangsa kita tercinta ini,” ujarnya Franz, dalam keterangan tertulis yang diterima HARIANTERBIT.co, Kamis (5/9/2019).

Pada kesempatan yang sama, Dirintelkam Polda Metro Jaya Kombes Pol Umar Effendi SH, SIK, MSi mengungkapkan, kita banyak identitas yang berbeda, perlu untuk menghargai sesama terutama dalam hal menjaga dan memeluk agama masing-maing.

“Terorisme perlu dicegah bersama, kami mencegah tetapi harus sesuai aturan, maka dari itu kita semua perlu kerja sama untuk menyelesaikan persoalan terorisme di Indonesia,” ungkap Umar.

Sedangkan Ketua Aliansi Bhinneka Tunggal Ika Nia Sjarifudin menjelaskan, kebangsaan harus sesuai dengan kebutuhan saat ini, saat ini diskriminasi sangat tinggi, perlu perhatian khusus oleh pemerintah pusat.

Salah satu anggota DPD RI yang terpilih dari Dapil Nusa Tenggara Timur (NTT) 1, Angelo Wake Kako, menerangkan, ekstremisme di Indonesia semakin berkembang pesat, terutama ekstremisme pasar yang harus diterima oleh kita semua. Pembangunan harus merata, cita dan harapan kemerdekaan harus dijalankan selaras dengan prinsip dan spirit kemerdekaan.

“Pembangunan SDM dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan ini yang semakin menggerogoti kita dengan segala bentuk perkembangan teknologi yang semakin maju,” ungkap Angelo. (*/rel/dade)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *