HARIANTERBIT.CO – Pertumbuhan ekonomi Depok, Jawa Barat, terus berkembang. Selain bidang properti yang menjadi penopang utama laju bisnis di Depok, sektor jasa dan pergudangan juga menunjukkan iklim positif, di mana sejak 2014 kedua sektor tersebut meningkat trennya, dan mengarah positif.
Dalam kurun tiga tahun terakhir, persentase tertinggi terjadi di 2016, yakni mencapai 7,8 persen. Sedangkan 2017, mengalami pertumbuhan sekitar 1,2 persen.

Tingginya persentase bidang jasa di 2016 dipicu banyaknya rumah sakit baru yang mengajukan izin beroperasi. Setidaknya di 2016 ada tiga rumah sakit besar yang mengajukan izin, yaitu Rumah Sakit Diagram Healthcare di Cinere, Rumah Sakit Citra Arrafik di Cimanggis, dan Rumah Sakit Brawijaya di Bojongsari. “Nilai investasi ketiga rumah sakit itu mencapai angka Rp322,5 miliar. Tahun 2016 memang sektor jasa sedang tinggi-tingginya,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Depok Yulistiani Mochtar.
Selain rumah sakit, sektor jasa juga ditopang dari adanya pengajuan izin operasional sejumlah lembaga pendidikan, antara lain Sekolah Internasional Wisdom di Sawangan. Tren bisnis di bidang jasa ini sampai saat ini terus berkembang dengan adanya akses tol. “Perkembangan bisnis di Depok dipicu dari adanya akses tol. Karena investor tentunya mencari lokasi bisnis yang aksesnya mudah untuk melakukan pergerakan,” jelas Yulistiani.
Khusus untuk pergudangan, kata Yulistiani, sudah pasti investor mencari lokasi yang dekat dengan akses tol, sehingga mudah dilakukan bongkar muat barang untuk dipindah ataupun melakukan pengisian barang. Misalkan saja, di Tapos ada sebuah gudang otomotif yang memang dekat dengan tol. “Jadi dengan adanya tol memang sangat menguntunkan investor. Mereka ingin menyimpan barang dan mengangkut menjadi lebih mudah dan efisien,” tambahnya.
Selain itu, di bidang jasa yang saat ini sedang berkembang adalah menjamurnya start up di sekor informasi teknologi (IT). Mereka banyak berkembang di kawasan Beji, Sukmajaya, Tapos dan Bojongsari. “Untuk Beji dan Sukmajaya sudah terlihat bahwa di sana memang banyak penduduk sehingga pergerakan bisnisnya juga lebih banyak. Untuk Tapos dan Bojongsari berkembang karena adanya akses jalan tol yang menjadi keunggulan di wilayah itu,” jelasnya.
Yulis merinci, bahwa di Beji dan Sukmajaya bisnis yang berkembang antara lain percetakan, pendidikan dan jasa ekspedisi. Tiap wilayah memiliki keunggulan bisnisnya sendiri disesuaikan dengan karakteristik wilayah. “Kalau di Tapos itu banyak gudang dan data center. Beda karakteristiknya dengan Beji atau Sukmajaya,” ungkapnya.
Diakui Yulis, sampai saat ini iklim investasi yang paling besar atau utama adalah properti, perdagangan dan jasa, serta pergudangan. Properti memiliki porsi sebesar 35-40 persen dari total investasi yang masuk di Depok, sementara sektor perdagangan sebesar 20 persen, jasa sebesar 20 persen, dan lain-lain sebesar 20 persen.
DPMPTSP Kota Depok sendiri telah melaksanakan berbagai kegiatan guna merangsang investasi di Kota Depok, sekaligus menyediakan berbagai informasi yang berguna bagi penanam modal. “Misalnya, memfasilitasi promosi investasi yang digelar tahunan atau penyusunan kajian insentif dan disinsentif penanaman modal,” tambahnya. (arya)