HARIANTERBIT.CO – Pemilihan anggota legislatif dan presiden bakal berlangsung di tengah perkembangan masyarakat yang sangat dinamis akibat kemajuan teknologi informasi.
Masifnya informasi di media sosial (medsos), ungkap Ketua DPR-RI Bambang Soesetyo dalam rembuk nasional ‘Mewujudkan Pemilu 2019 yang Aman dan Bermartabat’ yang digelar Ikatan Sarjana dan Profesi Perpolisian (ISPPI) di Jakarta, Selasa (8/5), terkadang tidak terkontrol sehingga mempengaruhi cara pandang dan sikap masyarakat.
Karena itu, kata politisi senior partai Golkar tersebut, para elite politik jangan mendidik masyarakat melalui hoaks dan ujaran kebencian. “Mari kita kedepankan sikap kenegarawanan, bersaing secara sehat dan menunjukan sikap siap menang, siap kalah,” kata dia.
Selain Bambang, tampil sebagai pembicara antara lain Irjen Pol Gatot Edy Pramono (Mabes Polri), Romo Benny Susetyo (tokoh agama), Jimly Asshiddiqie (pakar hukum tata negara), Hasyim Ashari (KPU Pusat), Bahtiar (Kementerian Dalam Negeri), Helmi Faishal (PBNU), Abdul Mu’ti (PP Muhammadiyah) dan Arifin Asyad (praktisi media).
Pria yang akrab dipanggil Bamsoet ini mengatakan, Pemilu 2019 menjadi kali pertama kampanye ditentukan kekuatan medsos. Siapa yang menguasai medsos, dialah yang mengendalikan opini publik sehingga bisa memenangkan pemilu.
Medsos menjadi kekuatan utama Pemilu 2019. Sayang, perilaku masyarakat di medsos sama sekali jauh berbeda dengan budaya masyarakat yang selama ini kita kenal, yaitu budaya santun, saling hormat menghormati, gotong-royong dan guyub.
Saya sangat sedih, sikap dan perilaku masyarakat seolah kebablasan dan tidak mengindahkan etika yang baik di media sosial,” ungkap wakil rakyat dari Dapil Provinsi Jawa Tengah ini.
Bamsoet tidak habis pikir hoaks maupun ujaran kebencian yang berbau fitnah bisa bercampur aduk sehingga membentuk opini. Parahnya, hoaks tersebut kemudian diterima sebagai suatu kebenaran lalu disebarluaskan, tanpa ada klarifikasi atau cover boathside.
Tidak jarang, para elit politik maupun orang yang dianggap sebagai tokoh masyarakat menjadi bagian di dalamnya. Hiruk-pikuk medsos dimanfaatkan kelompok tertentu untuk mencapai tujuan politiknya, dengan mengembangkan politik identitas yang berbasis SARA, sehingga menimbulkan konflik di masyarakat. Ini tak boleh kita biarkan.
“Saya dukung penuh aparat kepolisian melakukan tindakan tegas. Jika tidak ditertibkan dari sekarang, ini akan menjadi fenomena bola salju yang semakin membesar dan liar. Persatuan dan kesatuan bangsa menjadi taruhannya,” terang Bamsoet.
Politisi Partai Golkar ini memandang perlu adanya peningkatan edukasi politik dan sosialisasi kepada masyarakat sehinggga, berbagai hal teknis maupun sengitnya persaingan politik tidak menambah kerumitan penyelenggaraan pemilu dan menaikkan tensi politik.
Lancarnya urusan teknis bisa ikut mempengaruhi lancarnya tensi politik. Begitupun sebaliknya, berbagai kendala teknis bisa jadi akan menaikan tensi politik.
“Karena itu, DPR-RI selalu mensupport KPU sebagai penyelenggara pemilu agar bisa melakukan managemen yang lebih canggih dan handal. Sehingga semua proses dan tahapan pemilu berlangsung demokratis dan kredibel,” demikian Bambang Soesetyo. (art)