HARIANTERBIT.CO– Langkah politik mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta terus dihalangi salah satu kelompok dari kalangan internal partai yang saat ini dipimpin Huhammad Shohibul Iman tersebut.
Anis satu dari sembilan kandidat yang diusung PKS maju sebagai calon presiden atau calon wakil presiden pada pemilihan presiden (pilpres) 2019. Kandidat lain adalah Hidayat Nur Wahid (Wakil Ketua MPR), Muhammad Shohibul Iman (Presiden PKS), Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat), Irwan Prayitno (Gubernur Sumatera Barat), Salim Segaf Al’Jufrie (Ketua Majelis Syuro), Tifatul Sembiring, Al Muzammil Yusuf dan Mardani Ali Sera.
Laki-laki kelahiran Bone, Sulawesi Selayan, 7 Desember 1968 tersebut merupakan satu dari sedikit kader potensial yang dimiliki PKS saat ini. Selain pernah dipercaya sebagai pimpinan DPR RI bersama Marzuki Alie (Demokrat), Pramono Anung (PDIP), Taufik Kurniawan (PAN) dan Priyo Budi Santoso dari Partai Golkar, Anis juga sempat menjadi Presiden PKS.
Pada masa kepengurusannya sebagai Presiden PKS, Anis berhasil menyelamatkan organisasi yang dia pimpin dari goncangan politik akibat Luthfi Hasan Ishaaq selaku nakhoda terjerat kasus korupsi daging sapi sehingga dia harus meletakkan jabatan Presiden PKS guna menghadapi kasus yang dituduhkan.
Berbagai cara dilakukan untuk menghadang Anis maju. Mulai dari membersihkan loyalis dari tingkat pusat sampai ke daerah, menyebar isu bakal melakukan kudeta sampai mengeluarkan larangan tidak boleh mengikuti kegiatan Anis.
Terakhir taklimat (pengarahan-red) dilakukan Pimpinan DPW PKS Jawa Barat yang ditandatangani Nur Supriyanto sebagai Ketua dan Abdul Hadi Wijaya (Sekretaris). Taklimat itu menhimbau agar kader dan struktur partai tidak menghadiri bakal capres internal yang dilakukan Anis.
Meski dihambat dengan berbagai cara, Anis sepertinya tak menghiraukan langkah-langkah yang dilakukan relawan dan pendukung setianya. Sabtu (21/4), Anis masuk ke wilayah Jawa Barat. Dia meresmikan Relawan Anis Matta Jawa Barat di Bandung.
Minggu (22/4), Anis melanjutkan kunjungan ke kota Cirebon dan mengisi Pengajian Politik bersama sejumlah ormas dan ulama di Cirebon dan sekitarnya. Pekan lalu Anis malah keliling di wilayah Ciamis, Garut dan Tasikmalaya.
Haris Yuliana, ketua panitia Deklarasi Relawan AMPM Jawa Barat, yang juga wakil ketua DPRD Provinsi Jabari menegaskan, acara tetap berlangsung. “Masyarakat dan kader yang rindu serta simpati kepada ustadz Anis Matta tetap hadir. Bahkan jumlahnya lebih banyak dari target semula.”
Agenda Anis Matta di Jawa Barat, kata Haris, memang menjadi prioritas karena menjadi provinsi dengan jumlah penduduk dan pemilih terbesar. Anis datang sebagai capres PKS.
“Itu sebabnya kami tidak memasukkan agenda pilkada gubernur. Tapi secara tidak langsung pasti ada pengaruh positifnya. Bahkan Anis mengatakan, siap turun untuk kampanye Pilkada jika diundang dan difasilitasi tim kampanye Asyik yang diusung Gerinda dan PKS.”
Saat dikonfirmasi soal ada usaha menghalang-halangi gerakan Anis dari kalangan internal yang diduga berambisi dipinang menjadi capres atau cawapres PKS untuk pilpres mendatang, politisi senior PKS, Mahfudz Siddiq membenarkannya.
Memang hiruk-pikuk tentang perpecahan di tubuh PKS juga menyembul di Jawa Barat. Sehari sebelum deklarasi relawan Anis Matta Pemimpin Muda (AMPM) di Bandung, beredar surat himbauan dari Ketua DPW PKS Jawa Barat yang meminta kader tidak menghadiri acara tersebut.
“Ya memang ada surat himbauan dari Ketua DPW PKS Jabar Nur Supriyanto agar kader tidak menghadiri acara tersebut. Meski tertulisnya himbauan, tapi di bawah sudah seperti perintah komando. Bahkan saya dengar info bahwa tim Kepanduan PKS siap melakukan tindakan represif kepada kader yang tetap hadir.” jelas Mahfudz.
Terkait usaha menghalang-halangi Anis, Mahfudz mengatakan langkah itu bukan baru pertama kali terjadi. Sebelumnya Anis juga mengalami penolakan di Kalbar dan Sumatera Selatan.
Mahfudz justru melihat penolakan dari struktur partai setempat malah membuat semakin militan simpatisan dan kader pendukung Anis Matta. “Makin ditolak makin ramai. Itu yang saya lihat. Malah kader yang semula cuek jadi kepingin tahu. Apalagi semakin sering muncul pernyataan pejabat PKS yang membingungkan.”
Mahfudz mencontohkan adanya pernyataan Shohibul Iman dalam wawancara yang ditayangkan TV, Kamis lalu. Pada kesempatan itu, jelas Mahfudz, Shohibul Iman mengatakan bahwa tindakan Anis sebagai capres PKS melakukan sosialisasi melalui pemasangan baliho, billboard dan deklarasi relawan sebagai keluar dari tradisi PKS.
Menurut Mahfudz, pernyataan presiden PKS ini jadi kontroversi di media sosial. “Sampai ada yang menyindir PKS agar tidak berkampanye dan pasang attibut pada pemilu 2019. Mereka umumnya heran dengan pemikiran dan pernyataan presidennya di televisi.” demikian Mahfudz Siddiq. (ART)