Direktur Eksekutif LAZ Al Azhar, Sigit Iko Sugondo sebagai Semar, Sigit Tripuruca (manajer komunikasi LAZ Al Azhar) sebagai Petruk, komedian Farly SMS sebagai Gareng, Jabrik sebagai Bagong, dan Choki sebagai Togog, saat Punakawan Show dengan tema 'Togog Menggugat' dengan dialg komedi yang renyah namun tetap santun dan bernilai dakwah yang digelar di Mal One Bel Park Fatmawati, Jakarta, Jumat (9/6) malam.

LAZ AL AZHAR EDUSKASI ZAKAT DENGAN PUNAKAWAN SHOW

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Pusat perbelanjaan atau mal menjadi salah satu destinasi utama umat muslim dalam mengisi waktu selama Ramadan. Membeli barang keperluan untuk puasa dan lebaran, mengadakan acara buka bersama, atau sekadar jalan-jalan menjadi salah satu alasan kian meningkatnya animo masyarakat untuk mengunjungi tempat ini di bulan Ramadan.

“Memanfaatkan fenomena ini, LAZ Al Azhar menggelar acara Punakawan Show yang bekerja sama dengan mal-mal di wilayah Jabodetabek. Harapannya, agar para pengunjung mal bisa membawa oleh-oleh ilmu yang bermanfaat dari hasil jalan-jalan mereka ke pusat perbelanjaan, jadi nggak sekadar jalan-jalan,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar Sigit Iko Sugondo, usai acara di Mal One Belpark Fatmawati, Jakarta, Jumat (9/6) malam.

Tak hanya pesan moral, edukasi sadar zakat juga diberikan dalam acara yang sudah digelar sejak tahun 2014, dan selalu dibanjiri oleh pengunjung yang rindu akan hiburan bermanfaat dan penuh dengan pesan moral. Tahun ini Tim Punakawan mengusung tema ‘Togog Menggugat’.

Direktur Eksekutif LAZ Al Azhar, Sigit Iko Sugondo sebagai Semar, Sigit Tripuruca (manajer komunikasi LAZ Al Azhar) sebagai Petruk, komedian Farly SMS sebagai Gareng, Jabrik sebagai Bagong, dan Choki sebagai Togog, saat Punakawan Show dengan tema ‘Togog Menggugat’ dengan dialg komedi yang renyah namun tetap santun dan bernilai dakwah yang digelar di Mal One Belpark Fatmawati, Jakarta, Jumat (9/6) malam.

“Dalam cerita dikisahkan Togog yang merupakan adik dari Semar sekaligus paman dari Petruk, Gareng dan Bagong datang dengan berkeluh kesah tentang apa yang ia alami. Togog merasa kalau dirinya menjadi korban fitnah dan menjadi objek berita hoax dalam keadaan dunia khususnya tatar Nusantara yang tengah memanas. Padahal yang ia lakukan dan perjuangkan adalah demi kebaikan Kerajaan Astina,” ujar Sigit.

Sementara itu, melihat sang paman gundah-gulana, Petruk, Gareng dan Bagong pun mencoba menghibur dengan berbagai cara, namun tak berhasil. Tak menemukan ketenangan di negeri sendiri, Togog akhirnya memutuskan terbang ke luar negeri untuk mencari ketenteraman. Namun sayang waktu berminggu-minggu yang ia habiskan tak juga mendatangkan yang diharapkan.

“Akhirnya ia kembali ke Astina untuk bertemu dengan Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Tetapi kedatangannya kali ini untuk menggugat kepada Tuhan tentang apa terjadi pada dirinya. Togog merasa Tuhan tidak adil. Ia banyak berbuat dan bekerja untuk negara tetapi harus menjadi korban hinaan dan cacian di masyarakat,” ungkap Sigit.

Sosok semar yang dikenal dengan arif dan bijaksana pun akhirnya menenangkan kondisi. Dinasehatinya Togog bahwa semua yang sedang dialaminya merupakan garis takdir yang Mahakuasa, dan harus dihadapi dengan rasa ikhlas dan rida agar timbul keberkahan. Togog pun menerima apa yang disampaikan Semar. Ia pun mulai merelakan dan mulai mengikhlaskan apa yang sedang ia alami. (*/dade/rel)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *