HARIANTERBIT.CO – Tema hari lahirnya Pancasila yang mengingatkan kita akan kebangsaan dan ideologi negara yang menyatukan perbedaan di antara kita, untuk terus bisa hidup tumbuh dan berkembangnya NKRI dalam bingkai kebhinekaan.
Kita melihat dan sadar Pancasila sebagai dasar dan pilar NKRI yang didirikan oleh para founding fathers agar bangsa ini kuat berkarakter dan mampu menunjukkan jati dirinya diantara bangsa2.
Para bapak bangsa sadar kemajemukan Indonesia menjadi potensi konflik besar yang akan dapat digunakan menggerus bubarnya NKRI dari luar maupun dalam. Menggerus idiologi Pancasila sama saja menginginkan NKRI bubar, dengan dalih apapun.
Pembenaran-2 yang diutarakan yang dipropagandakan baik dari kiri maupun kanan sama saja intinya kekuasaan. Indonesia sangat kaya dan beragam, tidak perlu menjual kekayaan cukuplah dengan menjual keindahanya tatkala rakyatnya sadar dan cinta serta bangga akan bangsanya, wilayahnya, keberagamanya , bahkan sampai dengan heritagenya.
Disitulah dalam UUD 45 para pendiri bangsa ini mengamanatkan generasi-2 penerus untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pepatah mengatakan wong bodo dadi pangane wong pinter.
Tatkala kita bodoh maka kita akan menjadi bulan2an bangsa lain mudah disusupi digiring masuk ke dalam tempurung dengan berbagai janji yang semuanya membutakan memncandui kita semua untuk bahagia dalam kesengsaraan bangsanya. Sadar atau tidak tatkala kita dibutakan kenikmatan2 absurd maka kita bahagia di dalam tempurung iklas menggadaikan logika.
Kecerdasan suatu bangsa ini membuat kita mampu melihat keindahan meraskan Indonesia yg luar biasa bahkan mampu mengemasnya untuk menjadi suatu mutu manikam kebhinekaan.
Tatkala kita terkurung dalam belenggu otak yg dikelilingi tempurung kita justru akan menjadi budak untuk mengkacaukan keluarga masyarakat bangsa dan negaranya sendiri.
Otak dan hati nurani inilah standar kewarasan menjaga kebhinekaan, bukanya mau melabur pelangi, memutihkan terumbu karang di lautan. Cerdas ini suatu syarat keluar dari tempurung melihat dunia tidak sedaun kelor. Mampu membangun Indonesia dari keterpurukan dan berani menolak ajaran dan ajakan yg akan menjadikan Indonesia sebagai tegal kurusetra.
Kita satu bangsa, kita bersaudara apapun suku agama dan rasnya. Perbedaan dihembuskan karena ada kebencian yang diselimuti keserakahan yang anti kemanusiaan. Memaksakan bahkan sudah ngebet untuk berkuasa.
Segala cara dihalalkan sampai menenggalamkan dan mencuci otak rakyat yang tidak lagi dicintainya. Mereka sebatas jadi pijakan dan setelah itu ditinggalkan kalau perlu dikorbankan.
Dosa dan kejahatan macam mana ini membuat orang buta kemanusiaan, menggiring ke dalam yempurung dan mencandui dengan kenikmatan di dalam tempurung? Bukan dosa mungkin juga bukan kesalahan bagi yang jahat tapi lagi lagi rakyat dibiarkan bodoh dan tersesat.
Saya Indonesia saya Pancasila mengingatkan kembali agar kita selalu eling lan waspodo, ojo lali, musuh kita adalah kita sendiri. Tema ini untuk menghindarkan kita pongah dalam tempurung dan keluar dari candu captive mind untuk dengan lantang menyurakan aku cinta dan bangga akan bangsaku Indonesia.
Berani dngan jujur dan tulus mengamalkan Pancasila dalam hidup dan kehidupan kita untuk semakin memanusikan sesama manusia. Fox populi fox Dei suara rakyat suara Tuhan.
Jangan mempermainkan rakyat untuk ambisi kekuasaan. Homo homini salus jadilah manusia yg mampu bermanfaat bagi semakin manusiawinya manusia. Gusti ora sare, ojo adigang adigung, gegedhen rumongso paling bener paling suci . Ratu iku anane mung winates, kawulo iku tanpo winates. Dadi ratu kudu ono lelabuhane ora ono lelabuhane ora ono gunane.
selamat hari lahirnya pancasila dan Indonesia tetap jaya yang mampu keluar dari tempurung serta mengibaskan candu2 captive mind. – penulis Crisnanda DL