HARIANTERBIT.CO – Prof. Hermawan Sulistyo yang akrab disapa Kikiek, geram melihat munculnya LSM yang kerjanya hanya mengobok-obok pemerintah. Untuk itu, peneliti senior tersebut berharap negara sebesar Indonesia tak tunduk dengan LSM yang kerjanya hanya mencari-cari masalah. “Ini negara besar, pemerintah jangan tunduk pada LSM yang nggak jelas arahnya,” tandas Kikiek.
Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Hermawan Sulistyo melihat ada sembilan alasan pabrik Semen Indonesia (SI) di Rembang harus terus dilanjutkan.
Ke-9 alasan yang disebutkan Kikiek, pertama, bahwa setiap pembangunan pasti akan membawa dampak. Tinggal masalahnya bagaimana mengendalikan dampak tersebut menjadi seimbang antara peningkatan kesejahteraan dan masyarat dengan dampak pembangunan tersebut.
Kedua, fokus pertama dan terutama dari suatu pembangunan fisik adalah kesejahteraan penduduk setempat di sekitar lokasi pembangunan fisik.
Ketiga, pada pabrik semen di Rembang yang dipermasalahkan isu lingkungan. Padahal, isu tersebut (terutama kelangkaan air) masih bersifat hipotesis.
“Semua baru ‘akan’ dan belum terjadi. Ketika pabrik dituding membuat cadangan air mengering, ternyata air malah melimpah setelah manajemen membangun sumur dan tandon air. Ini semua kan masih hipotesis,” tandas Kikiek.

Keempat, lanjut Kikiek, bahwa lokasi pabrik semen di Rembang adalah kawasan paling miskin di Rembang. Daerah lokasi pemukiman masyarakat, berdekatan dengan pondok-pondok pesantren NU. Mereka tak memiliki daya tawar bila berhadapan dengan orang luar.
Hadirnya pabrik semen merupkan peluang kesejahteraan selama 150 tahun ke depan. Jika pabrik ini ditutup, maka warga sekitar akan tetap miskin dan terbelakang.
Kelima, mereka yang menolak bukan warga sekitar, tapi warga wilayah lain.
Keenam, kata Kikiek, tugas pemuka masyarakat, pemimpin negara, dan intelektual serta aktivis adalah memastikan bahwa rencana pembangunan menjadi lebih baik, dan mengawalnya supaya masyarakat tidak dirugikan. Bukan malah sebaliknya.
Ketujuh, diceritakan Kikiek, gagalnya pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Rembang, membawa implikasi pada peta bisnis semen di dalam negeri.
Kesembilan, imbuh Kikiek, PT SI adalah BUMN yang sehat dan tercatat di bursa saham New York dan London.
Diwartakan, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo akhirnya mencabut izin lingkungan PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pabrik yang sedang dibangun di Rembang itu tidak boleh beraktivitas selama persyaratan belum terpenuhi dan belum diterbitkan surat keputusan Gubernur.
“Keputusan ini diambil guna melaksanakan perintah putusan peninjauan kembali (PK) Mahkamah Agung,” kata Ganjar Pranowo dalam konferensi pers di Gedung Wisma Perdamaian, Semarang, Senin (16/1) malam.
Pencabutan izin itu sendiri tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur No 660.1/4 Tahun 2017 tertanggal 16 Januari 2017 tentang Pencabutan Keputusan Gubernur Nomor 660.1/30 Tahun 2016 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Bahan Baku dan Pembangunan serta Pengoperasian Pabrik Semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Selain mencabut izin lingkungan, Ganjar juga memerintahkan kepada Semen Indonesia untuk menyempurnakan dokumen adendum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL).