HARIANTERBIT.CO – Rumah Kamnas menyayangkan adanya perkumpulan atau organisasi masyarakat (ormas) yang mengatasnamakan ulama tetapi sedikit-sedikit melakukan aksi demonstrasi.
“Apa tidak ada cara lain yang lebih santun dalam menyampaikan amar makruf nahi mungkar?” kata Ketua Rumah Kamnas Maksum Zubair saat dihubungi, Senin (16/1).
Diketahui, hari ini massa ormas Front Pembela Islam (FPI) melakukan demonstrasi di depan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri). Demonstrasi dilakukan untuk menuntut pencopotan Kapolda Jawa Barat Irjen Anton Charliyan dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan.
Maksum menuturkan, bahwa esensi dari amar makruf nahi mungkar adalah melakukan tugas mulia dengan tanpa melakukan aksi-aksi apalagi sampai turun ke jalan.
“Tentu masih perlu referensi yang lebih tegas, paling tidak ciri-ciri seorang ulama di Indonesia paling tidak bicaranya santun, istiqomah mengajarkan ilmu agama di pesantren, memberi tausiyah keagamaan baik dalam bentuk pengajian di majelis taklim maupun majelis zikir, dan bukan mempertontonkan demonstrasi,” ucap Maksum.
“Demo itu kebiasaan saya waktu masih aktif di Badan Otonom NU (aktivis), karena pendapat yang diyakini perlu mendapat pengakuan (perlu demo) tapi kalau ulama tentu tidak butuh pengakuan lagi, karena yang disampaikan ulama insya Allah sesuai Al-Quran dan tuntunan Nabi,” tutup Maksum.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj juga mempertanyakan tujuan demo yang digelar ormas FPI pada Senin (16/1).
“Apalah artinya, apalah tujuannya, dan apa sih hal yang bisa kita petik untuk kemajuan bangsa ini dengan demo itu. Menurut saya, justru demo itu bisa mengganggu ketertiban. Yang sekolah jadi nggak sekolah, yang kerja jadi nggak kerja,” ucap Said Aqil di Hotel The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Minggu (15/1).
Kiai Said pun berpendapat, seharusnya seorang ulama menyampaikan kebaikan dan bukan mengajarkan kebencian dan menghasut orang lain.
“Seorang ulama itu harus taklim menyampaikan pengajian atau ilmu agama. Masak orang ceramah tiap hari menghasut terus, bukan ulama itu, kalau sekali-kali marah pantas, tapi sesekali saja, mestinya kan taklim, kalau tiap hari isinya menghasut, ya bukan ulama,” tutup Kiai Said. (tim)