Direktur Sejarah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Triana Wulandari.

DITJEN KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD PERINGATI HARI IBU

Posted on

HARIANTERBIT.CO – Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memperingati Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember 2016 di Ruang Sidang Ditjen Kebudayaan Gedung E Lantai 4, Kompleks Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Rabu (21/12).

Hari Ibu diperingati setiap tahun sebagai usaha untuk mengenang dan memaknai kembali Kongres Perempuan Indonesia Pertama yang dilangsungkan pada 22 Desember 1928, suatu peristiwa bersejarah yang menandai tonggak awal gerakan perempuan nasional.

“Kegiatan ini dilangsungkan dengan mengusung gagasan tentang ‘Ibu Bangsa’ sebagai tema utama, alasannya berakar pada sejarah Kongres Perempuan Indonesia Pertama itu sendiri. Dalam Kongres tersebut, kaum perempuan dari 30 organisasi yang berbeda, dengan latar belakang suku dan agama yang juga berlainan, berjuang bersama membangun negara Indonesia merdeka, menjadi ibu yang melahirkan Bangsa Indonesia,” kata Direktur Sejarah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Triana Wulandari.

Direktur Sejarah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Triana Wulandari.
Direktur Sejarah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Triana Wulandari, ketika diwawancari.

Triana menambahkan, mereka berkumpul membahas persoalan-persoalan yang tak hanya berkenaan dengan ketimpangan gender, tetapi juga persoalan kebangsaan seperti kondisi buta huruf yang masih menimpa sebagian anak bangsa, kesehatan masyarakat, sulitnya akses pendidikan, serta Kesulitan sandang dan pangan yang dihadapi bangsa Indonesia pada masa itu. Mereka tampil sebagai Ibu yang peduli pada nasib bangsanya.

“Semangat gerakan perempuan sebagai ibu yang melahirkan dan merawat bangsa inilah yang mau dimaknai kembali dalam peringatan kali ini, Ditjen Kebudayaan memandang perlu dilakukan peringatan Hari Ibu dengan fokus pada ibu bangsa, karena usaha untuk memaknai kembali nilai-nilai budaya dari gerakan perempuan nasional dirasa penting bagi penguatan pendidikan karakter bangsa,” ujarnya.

“Dengan menimba pelajaran dari sejarah gerakan perempuan dalam koridor perjuangan nasional, kita dapat menggali nilai-nilai kebangsaan yang menjadi akar budaya nasional kita, seperti gotong-royong, kesetaraan, patriotisme dan kepeloporan kaum yang terpinggirkan untuk mengubah nasib sendiri menjadi lebih baik,” tutup Triana.

Dalam peringatan ini, para srikandi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan tampil mementaskan kembali sebagian adegan dari kongres legendaris tersebut. Dalam acara ini akan juga dipentaskan suatu kereta tentang Hari Ibu yang akan diperankan oleh para ibu dari lingkungan Ditjen Kebudayaan. (*/dade)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *