HARIANTERBIT.CO – Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelayanan teknologi modifikasi cuaca. Penyusunan program penerapan teknologi modifikasi cuaca untuk penambahan curah hujan, pengurangan curah hujan dan kegunaan lainnya.
Penerapan teknologi modifikasi cuaca untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna modifikasi cuaca kepada instansi pemerintah dan swasta, pelaksanaan urusan ketatausahaan, perencanaan, keuangan, sumber daya manusia, rumah tangga, dan pelaporannya.
“Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) merupakan suatu usaha campur tangan manusia dalam pengendalian sumber daya air di atmosfer untuk menambah curah hujan (rain enhancement) dan/atau mengurangi intensitas curah hujan (rain reduction) pada daerah tertentu untuk meminimalkan bencana alam yang disebabkan oleh iklim dan cuaca dengan memanfaatkan parameter cuaca,” kata Deputi Kepala BPPT Bidang TIRBR Dr Ir Erzi Agson Gani MENg, saat acara Partner Gathering Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC) 2016, di Gedung BPPT Thamrin Jakarta, Rabu (21/12).

TMC di Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 1977 dan memiliki berbagai tujuan, antara lain menambah curah hujan untuk mengatasi kekeringan, pengisian air waduk/danau untuk kebutuhan irigasi dan PLTA, mengurangi curah hujan untuk mengatasi banjir dan longsor, serta mengurangi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan.
“Peran TMC dalam mengatasi hal tersebut secara regulasi juga telah diakomodir dalam berbagai produk hukum nasional, namun secara umum BB-TMC memiliki tiga utama dalam perkembangannya, yaitu TMC untuk pengisian waduk/danau, TMC untuk penipisan asap akibat kebakaran lahan dan hutan, dan TMC untuk mereduksi curah hujan,” ujar Erzi.
Oleh karena itu pemanfaatan drone di dunia semakin menantang, bahkan pesawat F15 dan F16 sudah tidak berawak. Kini, menurut dia, BPPT mencoba memanfaatkannya untuk memecahkan persoalan TMC yang sering terkendala saat kondisi tidak normal atau saat malam hari.
Saat ini, lanjutnya, masih terus mempersiapkan drone yang akan digunakan dengan menambahkan parasut. “Penambahan parasut ini tidak mudah tetapi tetap harus dikembangkan karena keamanan menjadi faktor penting dalam pemanfaatan pesawat tanpa awak untuk pembuatan hujan buatan,” ungkap Erzi. (*/dade)