HARIANTERBIT.CO – Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ) kembali membuka Sekolah Keamanan Nasional (Kamnas) untuk angkatan kedua tahun 2016/2017.
Rektor Irjen (Purn) Drs H Bambang Karsono SH,MM, dalam sambutannya menyatakan, dirinya tidak menyangka akan menjadi rektor di UBJ ini.
“Saat saya meminta Prof Kikie untuk memberi orasi ilmiah di kampus UBJ ini, celoteh Mas Kikie –sapaan akrab Prof (Ris) Hermawan Sulistiyo– kepada saya. Tak menyangka kalau ada orang yang mau memberinya tempat di kampus, biasanya saya berorasi di jalanan. Kemudian Pak Rektor menghadap pimpinan yang punya otoritas di kampus ini, bahwa kampus ingin membuka Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas), siapa yang memimpin/Kepala Puskamnas dengan amanat membangun SDM yang menguasai bidang keamanan,” cerita Rektor, ditunjuklah Prof Kikie.
Puskamnas dalam berkontribusi menerbitkan ‘jurnal’ keamanan nasional dan Sekolah Kamnas yang saat ini sudah terselenggara angkatan kedua.
Ditambahkan Bambang Rektor Universitas Bhayangkara Jaya, bahwa UU ataupun Rumusan Strategi yang terkait dengan keamanan nasional untuk mendapatkan kajian akademik dan berstandar akademik perlu dibawa ke kampus, karena kampus punya kebebasan akademik.
Ketua Umum Rumah Kamnas Maksum Zubeir menyambut baik ajakan Rektor Universitas Bhayangkara Jaya, dan sesuai dengan Renstra Rumah Kamnas akan segera menindaklanjuti dengan kajian-kajian dan diskusi-diskusi rutin terkait isu keamanan yang ideal di Indonesia.
Maksum menambahkan, Rumah Kamnas sebagai wadah perkumpulan alumni Sekolah Kamnas merasa optimis melaksanakan amanat Kepala Puskamnas Ubhara Jaya, bahwa alumni Sekolah Kamnas harus berkontribusi langsung untuk masyarakat, bangsa dan negara, karena akan mendapat amunisi SDM dari alumni Sekolah Kamnas angkatan kedua ini.
Rumah Kamnas akan segera mempersiapkan diri baik secara kelembagaan maupun SDM untuk bisa berkontribusi di tingkat provinsi dengan agenda utama merumuskan kajian tentang keamanan daerah yang ideal, sesuai SWOT yang ada di daerah masing-masing dalam hal ini Rumah Kamnas harus punya LO di tingkat provinsi dengan penugasan melaksanakan koordinasi dan kemitraan dengan pemerintah daerah, kapolda dan instansi terkait serta pihak swasta di daerah.
Ali Asghar yang hadir mewakili Kepala Puskamnas Prof (Ris) Hermawan Sulistyo PhD, bahwa Puskamnas akan terus memajukan UBJ untuk terus bersaing dengan kampus lain di bidang keilmuan dan semakin maju pesat.
“Khusus untuk angkatan kedua ini berbeda dengan angkatan pertama, di mana angkatan kedua ini nantinya akan mendapat dua ijazah, yakni ijazah wisuda sekolah seperti angkatan pertama. Ijazah kedua adalah akan mendapat gelar Cum Laude bagi yang membuat tulisan ilmiah,” katanya.
Ketidakhadiran Prof Kikie pada acara pembukaan Sekolah Kamnas angkatan kedua ini dikarenakan masih berada di luar negeri untuk memberi orasi ilmiah.
Kepala Puskamnas UBJ Prof (Ris) Hermawan Sulistyo PhD atau yang akrab disapa Prof Kikie, diwakili Ali Asghar MA, Pol, membuka tanda dimulainya kuliah perdana Sekolah Kamnas mengatakan, untuk angkatan kedua ini geloranya sangat tinggi.
“Antuasias untuk masuk Sekolah Kamnas sangat bergelora, melebihi target bahkan kita terpaksa menolak dan menyarankan untuk masuk pada angkatan ketiga atau berikutnya. Sampai ancaman gelora itu saya hadapi,” katanya.
Ali menambahkan, antusiasnya masyarakat yang ingin masuk Sekolah Kamnas, kapasitas untuk angkatan kedua ini melebih target yang seharusnya 21 siswa tapi terpaksa menampung 31 orang.
Pada kuliah perdana yang diikuti siswa dari berbagai profesi seperti pengajar, praktisi hukum, wirausaha, anggota Polri dan wartawan itu disampaikan secara umum oleh Kusnanto Anggoro PhD di Kampus UBJ, di Jalan Raya Perjuangan, Marga Mulya, Bekasi Utara, Jawa Barat, pada Kamis 1 Desember 2016.
Kusnanto mengatakan, bangsa Indonesia menghadapi paradigma ‘people energy’ seperti cadangan minyak bila terjadi serangan mendadak, akan merepotkan menghadapinya.
“Bangsa kita tidak bisa mengirim pasukan bila terjadi serangan mendadak, karena Indonesia tidak punya cadangan yang cukup untuk kamnas,” kata Kusnanto.
Dikatakan Kusnanto, Indonesia hanya memiliki cadangan komersial 22 hari. “Cadangan ketahanan untuk TNI maupun Polri belum memadahi,” terangnya.
Bila dibandingkan dengan Jepang yang memiliki 60 hari cadangan ketahanannya. “Strategi perang kita kalah degan negara lain yang memiliki cadangan sampai 60 hari. Jepang itu, energinya merupakan hidup matinya negara,” ujar Kusnanto.
Ancaman energi, kata Kuntoro, sangat strategis pada perang negara yang dapat tumbuhnya separatis. “Gerakan yang semula mengganggu tataran wilayah, kemudian menjadi gangguan nasional, lalu pada negara. Oleh karenanya perlu pencegahan dini,” katanya. (*)