HARIANTERBIT.CO – Jangan kotori Aksi Super Damai 212 dengan gerakan politik tambahan yang akan dilakukan oleh beberapa tokoh seperti Rachmawati Soekarnoputri, Lily Wahid, Syarwan Hamid dan Ahmad Dhani setelah Salat Jumat, yang menamakan dirinya Gerakan Selamatkan NKRI, mereka akan mendatangi Gedung DPR/MPR guna menuntut sidang istimewa.

“Gerakan tambahan ini kami nilai tidak pantas di tengah-tengah Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-MUI yang sedang menuntut keadilan, di mana telah disepakati antara GNPF-MUI dan kepolisian bahwa menjadikan aksi demontrasi sebagai aksi super damai yang diisi Salat Jumat dan doa bersama di Silang Monumen Nasional (Monas). Rahmawati cs sebagai tokoh sebaiknya memberikan contoh teladan, memberikan suasana yang sejuk, bukan malah semakin memanasi suasana politik yang sudah panas,” tutur Alumni Universitas Bung Karno (UBK), Akhrom Saleh SIP, di Jakarta, Jumat (2/12).
Sebagai pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno dengan UBK-nya, tentu seharusnya memberikan pendidikan politik yang baik untuk masyarakat dan mahasiswanya, bukan malah pendidikan politik kotor seperti akan dilakukannya.
“Kami sangat menyesalkan dan menyayangkan apa yang diperbuat oleh Rachmawati bukanlah seperti negarawan, melainkan bagaikan seorang provokator yang sedang mencari panggung politik dengan menunggangi Aksi Super Damai,” ujar Akhrom.
Akhrom juga sangat menyayangkan tokoh sekaliber Rachmawati anak dari seorang proklamator menjadi tokoh politik kacangan. “Sebaiknya ibu urus saja Universitas Bung Karno menjadi kampus yang berkualitas dan siap bersaing, toh UBK masih butuh perhatian khusus,” katanya.
“Oleh karenanya, kami ingatkan kepada Rachmawati agar mengurungkan niatnya untuk menuntut sidang istimewa, jangan nodai gerakan menuntut keadilan menjadi gerakan politik, jangan tunggangi gerakan moral itu, jangan kotori gerakan keyakinan itu dengan politik kotor,” tandas Akhrom. (*/dade)