HARIATERBIT.CO – Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2015 merilis data peningkatan drastis pengguna internet di Indonesia. Dari sekitar 160 juta penduduk, 139 juta orang di antaranya adalah pengguna internet aktif, meningkat hingga 32 juta dibandingkan 2014.
Data itu selaras dengan yang dieskpos oleh Millward Brown terkait waktu yang dihabiskan masyarakat Indonesia di depan ponsel pintar, 181 menit, lebih lama dibandingkan waktu yang dihabiskan untuk menyaksikan televisi, yaitu 131 menit.
“Tingginya angka pengguna internet ternyata juga dimanfaatkan oleh kelompok maupun perseorangan pelaku kejahatan terorisme,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius, di Jakarta, Jumat (25/11) malam.
Hasil riset Subdit Kewaspadaan BNPT menunjukkan, media sosial juga sudah menjadi media penyebarluasan paham radikal, yang ironisnya memiliki follower maupun viewer yang sangat tinggi. Sebagai gambaran, video tentang radikalisme terorisme rata-rata memiliki viewer hingga 20 ribu, berbanding terbalik dengan video terkait nonradikalisme yang rata-rata hanya ditonton tak lebih dari 500 orang.
“Menyikapi situasi tersebut, Subdit Kewaspadaan BNPT pada tahun anggaran 2016 membuat sebuah terobosan dalam pencegahan terorisme, yaitu dengan mendorong diperbanyaknya jumlah video bersifat kontrapropaganda di media sosial,” ujar Suhardi.
Hal ini salah satunya berpijak pada hasil riset Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) pada 2011, yang menyebutkan hampir 50 persen pelajar di Jakarta menyetujui adanya radikalisme atas nama agama. Terobosan tersebut diwujudkan dalam lomba video pendek untuk siswa dan siswi setingkat sekolah menengah atas atau sederajat, dengan tema ‘Kita Boleh Beda’.
Dari lomba video pendek untuk siswa SMA atau sederajat yang mudah, dimulai sejak enak bulan lalu, BNPT berhasil menjaring 640 video dari peserta yang tersebar di 32 provinsi di Indonesia, yang keseluruhannya sudah diunggah di media sosial Youtube.
“Hal ini diperburuk dengan fakta penyebarluasan paham radikalisme sudah menembus dunia pendidikan,” ungkap Suhardi.
Oleh karena itu, melalui mekanisme tersebut, BNPT juga berhasil melakukan upaya kontrapropaganda, karena setiap video yang diunggah rata-rata ditonton 20 ribu orang, atau secara keseluruhan telah mengundang penonton sebanyak 1.240.800 orang. (dade)