HARIANTERBIT.CO – Tim Penilai Budaya Mutu tengah turun ke 40 gugus sekolah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tim penilai ini terdiri dari tiga orang pengawas Dinas Pendidikan yang didampingi oleh masing-masing kepala UPT Pendidikan Kecamatan.
Dari 40 gugus sekolah, dibagi menjadi empat tim penilai, dan satu tim penilai masing-masing membawahi 10 gugus sekolah. Tim penilai akan menekankan penilaian budaya mutu dari aspek manajemen.
“Penilaian budaya mutu gugus sekolah kami tekankan pada sembilan komponen yakni, soal manajemen, kenapa budaya mutu menjadi penting, karena gugus adalah bengkel pendidikan, dan tentunya penilaian kami tekankan pada aspek manajemen,” terang Ketua Tim Penilai, Drs Edien Suhaedin MMPd, kepada HARIANTERBIT.co, Kamis (29/9).

Menurut Edien, untuk menjaga netralitas dan objektivitas, maka tim penilai tidak boleh berasal dari UPT atau gugus yang tengah dinilai. Tim penilai harus benar-benar prifesional dan objektif. Dalam penilaian ini, tim penilai akan dibagi menjadi empat tim, dan satu tim penilai membawahi 10 gugus sekolah. Dari empat tim ini akan dimunculkan yang terbaik hanya satu tim (gugus sekolah), sehingga dari 40 gugus sekolah akan tersaring menjadi hanya empat gugus sekolah terbaik, kemudian empat gugus sekolah ini akan dibawa ke grand final besok harinya, Jumat (30/9), untuk menentukan satu gugus sekolah terbaik tingkat Kabupaten Cirebon.
“Satu gugus sekolah terbaik di Kabupaten Cirebon ini secara berjenjang akan disertakan pada penilaian budaya mutu gugus sekolah tingkat Provinsi Jawa Barat, dan seterusnya ke jenjang tingkat nasional. Sementara untuk tim penilai di grand final besok terdiri dari satu tim penilai dan tiga orang dari Dinas Pendidikan,” ucap Edien.
Dijelaskan, Lomba Budaya Mutu Gugus Sekolah Dasar Tingkat Kabupaten Tahun 2016 ini adalah sebagai pamacu agar gugus itu berdaya. Karena di gugus itu merupakan wadah profesional guru, merupakan bengkel kerjanya guru, sehingga ketika ada hal-hal yang dianggap sebagai kesulitan yang dihadapi guru pada proses pembelajaran mungkin bisa dibedah di ruang gugus. Kemudian juga ide-ide, konsep dan keinginan untuk kemajuan pendidikan di tingkat kecamatan itu bisa dirembukan dengan para pakar setempat yang ada di gugus itu untuk dibahas bersama. Sehingga diharapkan gugus yang di dalamnya ada inti-inti bisa menularkan kebaikan-kebaikan untuk sekolah imbas.
Ada banyak hal, misalnya ada model-model dan proses pembelajaran tentang produk-produk pembelajaran yang harus disiapkan oleh sisa sampai kepada prestasi juga harus bisa dibangkitkan oleh mereka bersama-sama di dalam satu adah yakni gugus tersebut.
“Jadi gugus itu merupakan kendali kontrollah, atau kendali mutu, sehingga diharapkan mutu itu menjadi budaya yang sehat dilakukan oleh setiapsekolah. Sementara penilaian lebih mengarah kepada sembilan komponen yang dititiktekankan kepada soal manajemen. Pertama manajemen kurikulum dan pembelajaran, kedua manajemen kopetensi, minat dan bakat siswa, terus yang ketiga manajemen sarana prasarana, kemudian manajemen pendidik dan ketenagapendidikan, terus manajemen yang berkenaan dengan peran serta masyarakat serta sejumlah manajemen lainnya yang menjadi sembilan komponen penilaian kami,” tandas Edien.
Sementara itu, kegiatan yang diselenggarakan di Gugus III Syekh Bayanillah, Kecamatan Talun, selain dihadiri tiga tim penilai di antaranya Edien Suhaedin, Edie dan Bunyamin, juga dihadiri Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Talun, serta seluruh kepala sekolah dasar negeri di UPT Kecamatan Talun.
Dalam kegiatan ini, Drs Ujang, kepala Gugus Syekh Bayanillah Talun, mengaku tidak ada persiapan khusus apa pun dalam kegaiatan penilaian budaya mutu gugus sekolah. Semua berjalan normal dan apa adanya, agar penilaian benar-benar profesional dan objketif.
“Kami tidak ada persiapan khusus agar penilaian benar-benar objektif dan profesional, intinya dengan gugus sekolah ini kami sudah siap untuk menjadi juara,” ujar Ujang. (nurudin)