HARIANTERBIT.CO – Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Dedik Eko Sumargo mengatakan, Indonesia mendapat kehormatan dengan kedatangan tim EPREV Mission dari IAEA (International Atomic Energy Agency) yang melakukan kunjungan kerjanya (kunker) dari 19-28 September 2016.
“Tujuan EPREV Mission adalah untuk menganalisis dan mengindetifikasi segala hal yang berhubungan dengan kesiapan pemerintah dalam membangun dan mengoperasikan Sistem Kesiapsiagaan Nuklir Nasional yang handal, siap siaga dan mampu merespons terhadap segala kejadian kedaruratan yang melibatkan zat radioaktif dan atau nuklir,” kata Dedik, di Kantor Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bepeten), Jakarta, Rabu (28/9).
Sementara itu, tim EPREV diketuai Toshimitsu Homma, dan beranggotakan Rodrigo Salinas, Loch Castle, Bushra Nasim dan Marjan Tkavc, dalam detailnya akan menilai efektivitas regulasi, koordinasi, sinergi dan prasarana kesiapsiagaan dan respons kedaruratan nuklir nasional.
Selain melakukan review atas 25 modul self-assessment yang telah disiapkan sejak 2015, tim EPREV Mission juga melakukan kunjungan ke beberapa instansi antara lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Detasemen Kimia Biologi Radiasi (KBR), Satuan 1 Gegana Brimob Mabes Polri, fasilitas nuklir Serpong, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPD) Tanggerang Selatan, Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, RS Siloam, RS Kanker Dharmais, RS Fatmawati dan PT Relion Cikarang.
“Oleh karena itu, bagi Indonesia, hasil EPREV Mission ini sangat penting untuk mengukur dan menilai kesiapan infrastruktur kesiapsiagaan dan kemampuan tanggap darurat nuklir yang sesuai dengan standar internasional IAEA, termasuk efektivitas koordinasi, sinergi dan prakarsa yang telah dibangun dengan pemangku kepentingan, terkait Indonesia Centre of Excellence on Nuclear Security and Emergency Preparedness (I-Consep),” ujar Dedik.
Selanjutnya Bapeten dan pemangku kepentingan akan menindaklanjuti rekomendasi dan saran tim EPREV Mission untuk meningkatkan efektivias dan efisiensi Sistem Kesiapsiagaan Nuklir Nasional yang sudah ada.
“Anggota misi ini terdiri dari para expert pada negara-negara anggota IAEA, review disampaikan transparan dan mengedepankan pertukaran ide maupun praktik-praktik terbaik dari pihak IAEA dan entitas nasional di Indonesia,” ungkap Dedik. (dade)