HARIANTERBIT.CO – Menteri Kesehatan Prof Dr dr Nila Farid Moeloek mengatakan bahwa masalah asupan gizi bagi anak, selama ini masih sering terabaikan. Salah satu penyebabnya karena kaum ibu lebih banyak yang bekerja dan berada di luar rumah, sehingga persoalan gizi anak kurang diperhatikan.
“Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini, banyak perempuan yang waktunya lebih banyak di luar rumah ketimbang bersama anak mereka di rumah. Sehingga pemberian gizi anak terabaikan,” kata Menkes, di kantor Kemenkes, Jakarta, kemarin.
Pernyataan tersebut disampaikan Menkes pada acara Dialog Nasional Tentang Gizi dan Peranan Perempuan Indonesia memperingati Hari Anak Nasional 2016. Dialog bertema “Kurang Gizi Terselubung Menuai Generasi Hilang, Bagaimana Peran Perempuan Indonesia?” ini, dihadiri oleh sejumlah komunitas antara lain pecinta anak, sayang ibu, media dan blogger.
Menurut Menkes, satu contoh kecil bagaimana besarnya jumlah perempuan yang bekerja di kampus Universitas Indonesia (Ui), Depok, Jawa Barat. Saat ini sekitar 80 persen pegawainya mulai staf, dosen hingga pejabat struktural adalah kaum perempauan.
“Dulu masih dibatasi kaum pekerja perempuan di UI, hanya sampai 15 persen. Sekarang meningkat drastis menjadi 80 persen. Itu artinya perempuan saat ini banyak bekerja di luar rumah, ya termasuk saya ini perempuan yang bekerja di luar rumah dan menjabat sebagai menteri hehehe..,” kata Nila F Moeloek, yang disambut tawa peserta Dialog Nasional.
Meski demikian, Menkes tetap mengingatkan kepada kaum perempuan agar tetap menyadari kodratnya sebagai ibu rumah tangga.
“Jadi walau perempuan itu bekerja di luar rumah, tapi di satu sisi dia adalah tetap seorang ‘Cinderela’ yang kalau di rumah jadi pembantu mengurus anak-anak. Memperhatikan asupan gizi, menyiapkan generasi emas menghadapi dunia global,” kata Menkes.
Pada bagian lain sambutannya, Menkes juga menyinggung pentingnya dibiasakan makan sayur dan buah bagi anak. Program ini diistilahkan Menkes dengan sebutan program “Popeye”, film kartun serial di TV yang menceritakan Popeye sang pelaut kuat dan berotot setelah makan tanaman sayur bayem.
“Ini fakta. Anak-anak kita sangat kurang makan sayur dan buah. Saya tidak ingin dari ibu saja tapi remaja juga perlu memperhatikan masalah gizi, masa depannya harus dipersiapkan,” kata Menkes.
Menurut Menkes, pihaknya sudah minta Kementerian Agama, agar remaja yang mau menikah jangan hanya nikah tok, tapi apa itu makna sebuah keluarga, kesehatan, kehamilan. Bahwa melahirkan bayi itu harus berkualitas. Jadi sebelum nikah remaja itu penting bertanggungjawab, baik soal kehamilan, tidak melahirkan anak dengan kesehatan rendah.
Menkes mengaku kecewa jika masih ada gizi buruk di kalangan masyarakat. Sekarang malah cenderung anak-anak kelebihan gizi.
Disinggung pula masih banyaknya anak sekolah yang tidak sarapan lagi. Alasannya karena pertimbangan macet, takut terlambat, takut dihukum guru.
“Saya mau coba mengembalikan budaya sarapan pagi sebelum ke sekolah ataunmakan di sekolah. Menunya cukup dengan telor ayam direbus dengan umbi-umbian. Setiap tiga jam anak harus makan. Selama ini mereka sekolah sampai sore tapi makan tidak diperhatikan”. (Nur Terbit)