HARIANTERBIT.CO – Siyono sebagai pengikut Abu Bakar Ba’asyir, bagian dari jaringan Jamaah Islamiah (JI). Sejumlah saksi yang sudah ditangkap menyebut Siyono sebagai pengatur dan penyimpan senjata juga sebagai panglima sekaligus komandan rekrutmen kelompok teroris Neo JI.
Peran Siyono diungkapkan oleh Kepala BNPT Komjen Pol Tito Karnavian, Kamis (21/4). Mereka memiliki target menghabisi aparat keamanan. Alasannya, membunuh polisi bisa mendapat pahala. Mereka juga masuk golongan pasukan berani mati, jika tewas maka masuk dalam kategori orang mati sahid.
Jaringan Siyono sudah ada sejak 1999. Kelompok ini dinilai berbahaya. Memiliki kemampuan militer kontra intelijen dan kemampuan menggunakan senjata untuk melawan polisi.
“Ditambah doktrin mereka ya mencari mati sahid melalui kontak senjata, konflik dengan petugas,” ungkap Komjen Pol Tito.
Berhadapan dengan kelompok bersenjata yang terlatih, jangan berharap bisa menangkap mereka hidup-hidup. Mereka memilih bertarung sampai mati daripada tunduk pada polisi. Karena alasan itu Siyono tewas usai tarung dengan Densus 88 Antiteror. Dia memilih bertarung sampai titik darah penghabisan.
“Militan mereka ini, meskipun badannya kecil. Apalagi kalau mengharapkan semua tertangkap hidup-hidup, sangat sulit menurut saya. Karena apa? Mereka bersenjata dan memiliki kemampuan militer tadi itu,” katanya.
Densus 88 memiliki banyak informasi mengenai Siyono sebelum melakukan penangkapan. Setelah terindikasi masuk dalam jaringan teroris, Densus 88 bergerak dan menangkap Siyono.
Jaringan Jamaah Islamiyah melemah usai tragedi Bom Bali dan operasi penumpasan kelompok Nurdin M Top pada 2009 serta operasi Janto di Aceh.
Namun ternyata, komunikasi dan konsolidasi jaringan Jemaah Islamiyah ini masih saja terjadi.
Komjen Pol Tito membeberkan puluhan orang ditangkap dengan barang bukti bahan peledak dan senjata api. Contohnya pada akhir 2015, 4 orang ditangkap. Mereka mengakui senjata yang dimiliki merupakan sisa dari kelompok atau jaringan tertentu.
Salah satunya menyangkut Siyono. Dari catatan Densus, sejumlah saksi menyebut Siyono sebagai pengatur dan penyimpan senjata dalam jaringan kelompok Neo JI, dia sebagai panglima sekaligus komandan rekrutmen kelompok teroris Neo JI. (humas Polda Metro Jaya)