HARIANTERBIT.CO – Tersebutlah seorang yang sangat kaya. Dia mengundang seorang biarawan bernama Sunka untuk menuliskan kata-kata puitis baginya. Di masa lampau, ketika sebuah rumah baru telah rampung atau ketika sebuah toko baru dibuka, orang akan mencari ahli kaligrafi terbaik yang cukup berpengalaman dan terkenal, untuk menuliskan kata-kata puitis bagi mereka agar mendapatkan keberuntungan. Ini mungkin cerita dari Jepang.
Ketika orang kaya itu mengundang Sunka untuk menuliskan kata-kata puitis, dia berkata kepada biarawan itu, “Mohon tuliskan sesuatu agar keluarga kami menjadi makmur generasi demi generasi, dan agar kekayaan dan status tersebut akan diteruskan ke generasi-generasi keturunan kami.”
Kemudian Sunka mengambil kuas dan menuliskan, “Ayah mati, anak mati, cucu juga mati.” Ketika dia menuliskan seperti ini, orang kaya tersebut dan keluarganya menjadi sangat bingung dan marah, dan tidak tahu kenapa dia menulis seperti itu? “Kami mengundang Anda datang untuk menuliskan kata-kata untuk memberkahi kami di rumah kami yang baru selesai dibangun. Mengapa Anda menulis seluruh keluarga kami mati? (Hadirin tertawa.) Oh! Anda ingin mengutuk kami, bukan?”
Biarawan tersebut berkata dengan tenang kepada mereka, “Ah! Kalian tidak tahu. Aku tidak bergurau dengan kalian. Coba jawab, jika anak kalian mati sebelum kalian, apakah ini baik? Bukankah kalian akan menjadi dan merasa sedih? Jika cucu kalian mati sebelum kalian, apakah ini baik?
Bagaimana kalian dapat punya generasi demi generasi? Bagaimana harta dan bisnis kalian dapat terus mendatangkan kemakmuran? Bagaimana kalian dapat punya seseorang untuk terus mengelolanya? Karena itu, saya katakan setelah ayah mati, lalu anak mati, dan kemudian cucu mati sesudahnya.
Tak ada yang salah! (Guru dan hadirin tertawa, tepuk tangan) Seusai urutan yang benar, maka harta dan bisnis kalian akan ada peluang untuk mendatangkan kemakmuran.” Dia mengatakan bahwa ini adalah kemakmuran yang sebenarnya.
Setiap orang cepat atau lambat akan mati! (Guru tertawa.) Orang di dunia ini takut mati dan menjadi ketakutan jika mereka mendengar tentang kematian! Sesungguhnya, tak ada apa pun yang perlu ditakutkan. Cepat atau lambat, kita akan mati. Karena apa yang datang, ia harus pergi! Hal terpenting adalah bagaimana kita mati. (Guru tertawa.)
Sekarang, kita mati setiap hari dan karenanya tidak takut akan kematian! Setiap hari selama meditasi, sang jiwa meninggalkan tubuh di sana; itu juga semacam kematian. Karena itu, kita tidak takut! Orang biasa di luar sangat takut ketika kematian disebutkan! Terutama ketika kalian diundang ke pesta pernikahan, dan kalian menyebutkan kata “kematian” maka kalian takkan ditawarkan anggur pernikahan! (Hadirin tertawa.) bersambung