HARIANTERBIT.CO – Akademisi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako (Untad) Palu Dr. Muhammad Marzuki MSi mengemukakan budaya dialog di tengah-tengah masyarakat Sulawesi Tengah harus dibangun kembali untuk mewujudkan kedamaian di daerah ini.
Ketika diminta tanggapannya terkait gerakan menangkal radikalisme atas nama agama di Palu, Sabtu, Marzuki mengatakan masyarakat Sulawesi Tengah yang dikenal dengan suku kaili, awalnya memiliki budaya dialog yang baik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Sayangnya, budaya dialog itu tidak bertahan lama seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Dimana, ketika pemerintah menerbitkan regulasi tentang desa, maka secara tidak langsung mengubah konstruksi budaya sosial kemasyarakatan yang telah ada.
BUDAYA HILANG
Akibatnya, budaya dialog yang ada dimasyarakat Sulawesi Tengah hilang karena adanya sistem yang dibangun oleh pemerintah. “Adanya UU Tentang Desa, maka lahirlah pemerintah desa yang kemudian menjadi pemerintah di desa. Maka sejak itulah kebiasaan dialog oleh masyarakat mulai hilang,” ungkap Marzuki.
Dengan sistem pemerintahan yang ada sekarang, katanya, kepala desa dengan segala perangkatnya lebih cenderung memberikan perintah kepada masyarakat ketimbang mengajak musyrawarah. “Di situlah letak kehancuran dari budaya dialog yang dimiliki oleh masyarakat suku kaili di Sulawesi Tengah,” ujar Marzuki.
Padahal, sebut dia, salah satu bentuk adanya toleransi dan komunikasi yang baik dimasyarakat Sulteng, ditandai dengan adanya budaya musyawarah yang dalam pelaksanaannya semua peserta dialog duduk berlantai.