HARIANTERBIT.CO – Bermasalah di intern kampus, masyarakat ikut jadi korban. Masalahnya ratusan
Mahasiswa Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI menutup akses Jl. Diponegoro depan RSCM sejak Selasa (27/10) petang.
Aksi mereka merupakan bentuk solidaritas ancaman penonaktifan belajar 1.080 mahasiswa UPI-YAI dari 4 fakultas, yaitu, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Komunikasi dan Fakultas Teknik UPI-YAI karena penggelapan uang administratif akademis.
Mereka pun menuntut agar dilakukan pemutihan terhadap segala bentuk pembayaran yang sudah mendapatkan legalitas administrasi kampus bagi 1.057 mahasiswa dari 4 fakultas itu.
Setelah melakukan negosiasi dengan aparat kepolisian, mahasiswa mau membuka blokade dengan perjanjian akan melakukan aksi lanjutan Rabu (28/10). Mahasiswa bubar dan berlanjut bermalam di kampus. “Kami komitmen hari ini kita bubar, besok berlanjut,” ungkap Paul, koordinator lapangan.
Dalam aksi lanjutan pihaknya akan kembali menyampaikan tuntutan mereka untuk merombak manajemen kampus. Mereka juga akan terus melakukan aksi blokade jalan hingga dapat bertemu dengan pimpinan YAI.
“Kami minta perombakan rektorat, karena situasi ini sudah terjadi sejak tahun 2002. Dan kami akan terus melakukan aksi hingga kami dipertemukan dengan Bapak Julias Sukur Tanjung dari pihak YAI,” tambahnya.
Selain bermalam di kampus, mahasiswa juga melakukan sweeping terhadap para dosen dan meminta agar mereka mengikuti langkah para mahasiswa bermalam di kampus. Langkah para mahasiswa itu pun didukung oleh sebagian dosen yang akhirnya menuruti permintaan mahasiswa.
Aksi mahasiswa yang menutup jalan membuat kemacetan yang berdampak ke seluruh wilayah ibukota. Tak ayal sumpah serapahpun muncul dari warga. “Kalau intern kampus kenapa kami ikut jadi korban,” ungkap Imong yang berkantor di Utankayu.